Sampah Kian Menumpuk
Nasib Pasar Sehat Cileunyi Saat Ini, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
CILEUNYI, KejakimpolNews.com - Kondisi Pasar Sehat Cileunyi (PSC) di Desa Cileunyiwetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung saat ini yang tengah 'sakit' kian memprihatinkan.
Bahkan, PSC yang didirikan tahun 2011 dan sempat diwarnai konflik ini, saat ini nasibnya 'sudah jatuh tertimpa tangga' atau kata peribahasa Sunda 'katurug katutuh'.
Bagaimana tidak, sejumlah persoalan kini muncul. Selain infrastruktur jalan di PSC buruk, PKL baik di dalam dan depan PSC marak serta banyak kios rusak mengenaskan, PSC kini jadi tempat penampungan sampah (TPS).
Kondisi ini sudah tak mencerminkan lagi dengan nama pasar sehat. Sampah pun dibiarkan menggunung dan dampaknya, masyarakat pun enggan berbelanja ke PSC.
Dari pantauan KejakimpolNews.com, Jumat (18/10/2024), kondisi PSC memang terlihat memprihatinkan.Sejak masuk ke PSC dimana insfrastruktur jalan sangat buruk. Begitu ke bagian tengah PSC, terlihat gunungan sampah menghiasi kawasan PSC dekat dengan berjejernya kios yang kini rusak berat tanpa penghuni (pedagang).
Kondisi lebih parah terlihat di bagian belakang PSC (arah utara). Dua titik gunungan sampah sudah menutupi badan jalan dan nyaris setinggi kios. Gunungan sampah tersebut, selain bau menyengat dan dipenuhi lalat, juga tergenang air karena saluran air tersumbat sampah.
Belum lagi persoalan maraknya PKL baik di dalam, atau di depan PSC, tepat dipinggir jalan raya protokol hingga kawasan bekas Terminal Cileunyi. Keberadaan PKL ini beroperasi mulai subuh hingga pagi.
Kondisi ini, terutama keberaaan PKL dan sampah kerap dikeluhkan para pedagang dan disampaikan baik ke pengurus paguyuban pedagang PSC, atau pun ke pengelola PSC. Namun kondisi tak ada perubahan, malah menambah parah.
Sejumlah pedagang ketika ditemui mengaku prihatin dengan kondisi PSC saat ini terkait maraknya PKL dan menggunungnya sampah .
"Saya kesal dengan kondisi PSC saat ini. Bayangkan, sehari dikutif Rp 7.000, Rp 5.000 oleh pengelola PSC dan Rp2.000 oleh paguyuban pedagang PSC, tapi sampah tak pernah ditarik," kata Tri (50) salah seorang pedagang keringan di PSC yang kiosnya dekat gunungan sampah.
Tri mengungkapkan, Rp5.000 yang dikutip oleh pengelola PSC untuk retribusi sampah dan keamanan. Sedangkan yang Rp2.000 dikutif paguyuban pedagang kata Tri untuk pemeliharaan kios.
"Kutipan dari pedadang tersebut sebenarnya berpariasi, ada yang Rp7.000 ada yang Rp10.000/hari. Pernah ada kabar pedagang akan demo tapi belum ada info lanjutan. Belum lagi maraknya PKL," kata Tri.
PKL Dikelola Siapa?
Arman dari PT Biladi Karya Abadi (BKA), pengelola PSC sebelumnya mengakui jika kondisi di lapangan banyak kios yang ditinggalkan pemiliknya. Dari 600 kios atau lapak PSC kata Arman, hanya sekitar 250 kios yang masih aktif. Sisanya, selain ditinggal pemiliknya, banyak kios yang rusak dan hancur.
"Soal maraknya PKL, baik di dalam PSC atau depan PSC entah siapa yang mengelolanya. Yang pasti, kita (PT BKA) tak mengelola keberadaan PKL tersebut," tanda Arman.
Berdasarkan informasi yang dihimpun KejakimpolNews.com, keberadaan PSC sebelumnya mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519 tahun 2008, tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.
Untuk mewujudkan pembangunan pasar bertransformasi jadi pasar sehat, Pemkab Bandung menggandeng pengembang, yakni PT BKA.Persyaratan pasar sehat yang mesti dipenuhi memang cukup banyak, seperti sanitasi, ventilasi, dan kebersihan tempat penjualan yang harus baik serta memenuhi standar kebersihan.
Sejak 2011 lalu, pada awal pendirian Pasar Sehat Cileunyi sempat diwarnai konflik dan ketegangan. Hal tersebut dikarenakan, ratusan bahkan ribuan pedagang pasar tradisional Cileunyi kala itu menolak adanya revitalisasi dan relokasi.
Meski diwarnai beberapa kali demo penolakan revitalasi, namun pada akhirnya pedagang pasrah hingga berdirilah Pasar Sehat Cileunyi (PSC).
Ironisnya, setelah 12 tahun berdiri dengan label sebagai pasar sehat, kondisi PSC di lapangan faktanya cukup memprihatinkan. Bahkan PSC yang dikelola KBA dan ada sebagian lahannya milik Pemkab Bandung itu, pasca Pandemi Covid-19 kini terlihat kian memprihatinkan.**
Author: Yayan Sofyan
Editor: Yayan Sofyan