Debat Pamungkas Memanas, Pendukung "Alus Pisan" Vs "Bedas Lanjutkan" Nyaris Bentrok, Ini Kata Pengamat
CILEUNYI, KejakimpolNews.com - Debat pamungkas paslon "Alus Pisan" Sahrul Gunawan-Gun Gun Gunawan nomor 1 kontra "Bedas Lanjutkan" nomor urut 2 Dadang Supriatna-Ali Syakieb nomor 2 yang digelar KPU Kabupaten Bandung, Rabu (20/11/2024) tadi malam sempat memanas.
Bahkan, memanasnya suasana debat paslon Alus Pisan kontra Bedas Lanjutkan di Hotel Sutanraja, Kabupaten Bandung ini, kedua pendukung yang hadir saat debat nyaris bentrok antara pendukung paslon Alus Pisan kontra Bedas Lanjutkan.
Terkait memanasnya saat debat H-7 jelang pilkada Kabupaten Bandung tersebut, sejumlah pihak melontarkan keprihatinnya. Mereka menilai kejadian tersebut tontonan yang tak elok.
Dari mereka tersebut, salah satu di antaranya Dr. Agus Rahmat, seorang pengamat politik dan kebijakan publik serta pakar komunikasi. Agus yang juga dosen Fikom Unpad Bandung angkat bicara.
"Seharusnya suasana debat paslon clear dan menggembirakan tidak mempertontonkan ketegangan masing-masing pendukung," kata Agus kepada KejakimpolNews.com, Kamis (21/11/2024).
Ketika ditanya, apakah digelarnya debat paslon bupati/wakil Bupati Bandung tersebut yang konon katanya merupakan pendidikan poliitik dan sosialisasi dalam upaya peningkatan partisipasi bisa menaikan elektabilitas paslon yang signifikan?
Diungkapkan Agus, debat paslon tidak akan signifikan dalam peningkatan elektabilitas paslon. Pasalnya, kata Agus pemirsa atau penonton debat paslon hanya orang-orang menengah ke atas dengan tingkat pendidikan tertentu. Termasuk sambung Agus, orang-orang yang berkentingan dalam tanda kutip.
"Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, apalagi tak ada kepentingan umumnya cuek digelarnya debat. Mereka pun umumnya tak peduli siapa pun yang terpilih. Mereka juga umumnya sudah memilki pilihan masing-masing siapa yang harus dipilih," tandas Agus.
Ketika ditanya saat debat paslon yang disiarkan live di salah satu stasiun televisi siapa yang unggul, apakah paslon Alus Pisan atau Bedas Lanjutkan?
Agus mengatakan, ia yang tak ada kepentingan pada pilkada Kabupaten Bandung ini. Penilaian unggul mana pada debat tersebut relatif, karena kedua paslon sambung Agus, punya kelebihan dan kekurangan.
"Jika timses atau pendukung Alus Pisan mengklaim paslon Alus Pisan unggul sah-saja dan wajar karena pendukungnya. Begitu pula timses atau pendukung Bedas Lanjutkan mengklaim Bedas Lanjutkan unggul itupun sah-sah juga. Ya intinya akan saling klaim," ujar Agus.
Sekadar Formalitas
Karena debat paslon tak akan mengangkat elektabilitas paslon secara signifikan di sejumlah daerah di Jabar yang menggelar pilkada serentak, termasuk di Kabupaten Bandung, Agus menilai pula debat paslon hambar dan hanya sekadar formilitas, apalagi diwarnai kericuhan saat debat.
Sebenarnya lanjut Agus, debat paslon kepala daerah yang dilaksanakan di sejumlah daerah menjadi salah satu momen penting bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh calon pemimpin mereka.
Sebagai bagian dari demokrasi yang sehat, lanjut Agus, debat paslon seharusnya menjadi ajang adu gagasan, visi, dan strategi nyata dari paslon. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah debat paslom Pilkada 2024 sudah sesuai dengan harapan masyarakat atau justru masih kurang greget dan terkesan hambar?
"Antara harapan dan kenyataan bagi masyarakat, debat paslon kepala daerah menjadi kesempatan untuk melihat sejauh mana kualitas pemimpin yang akan memimpin daerah mereka. Harapannya, debat tersebut mampu menghadirkan diskusi yang mendalam tentang isu-isu penting di daerah, memberikan solusi konkret, serta menyajikan visi dan misi yang realistis dan terukur. Namun, realita di lapangan sering kali berbeda," terangnya.
Banyak masyarakat sambung Agus mengeluhkan bahwa debat paslon kepala daerah hanya menjadi ajang formalitas belaka. Para calon lebih banyak berbicara dalam lingkup yang umum dan klise, tanpa memberikan rincian tentang bagaimana mereka akan mewujudkan visi mereka.
Mereka juga sering kali menghindari pembahasan isu-isu sensitif atau masalah konkret yang sedang dihadapi masyarakat, seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan, atau pengangguran. Akibatnya, masyarakat merasa tidak mendapatkan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat saat memilih.
Salah satu masalah yang sering muncul adalah debat yang berubah menjadi ajang saling serang atau saling menjatuhkan lawan.
"Calon-calon pun kerap kali terjebak dalam retorika dan perdebatan personal, mengabaikan isu-isu strategis yang sebenarnya lebih relevan untuk dibahas,"ucapnya.
"Hal Ini membuat debat kehilangan esensi utamanya sebagai sarana untuk menguji kemampuan calon dalam menawarkan solusi dan gagasan yang konkrit,"pungkas Agus.
Nyaris Bentrok
Dikatahui, saat debat paslon Alus Pisan vs Bedas Lanjutkan sempat memanas dan nyaris bentrok. Awalnya, saat debat suasana berjalan kondusif hingga pambawa cara pun break diselang jeda iklan.
Saat break jeda iklan itulah, masing-masing pendukung melakukan teriakan-teriakan dan yel yel dukungannya. Ditengah kondisi tersebut terlihat seorang pendukung salah satu paslon mendatangi area pendukung paslon lawannya. Tidak sampai disitu, salah seorang pendukung tersebut juga memanggil seseorang untuk mendatanginya.
Melihat ada pendukung salah satu paslon mendatangi areanya, para pendukung paslon lawannya menyorakinya.
Kondisi pun memanas, bahkan kedua belah pihak saling bersitegang dan nyaris terjadi adu jotos. Untungnya para tokoh kedua belah pihak segera turun tangan dan bisa meredakan pendukungnya masing-masing sehingga gesekan dan bentrokan lebih besar bisa diantisipasi.**
Author: Yayan Sofyan
Editor: Yayan Sofyan