Sisi Lain Dunia Wartawan

Diajak Duel Oleh Mang Ihin

foto

Wikipedia

Solihin GP atau Mang Ihin

Oleh MARSAL

PERISTIWA ini terjadi pertengahan tahun 1972, ketika aku baru beberapa bulan bekerja di Harian Gala (kini Galamedia). Gara-gara berita headline berjudul 'Kasus Tanah Cihea, Pemda Jabar Takut Kehilangan Muka' yang ditulis seniorku Ato SM.Sialnya, Kang Ato yang menulis aku yang kena getahnya.

Dalam jumpa pers di Operation Room Gedung Kertamukti Jl. Braga, aku diajak duel oleh Gubernur Jabar saat itu Solihin Gautama Purwanegara atau Solihin GP tapi akrab disapa Mang Ihin. Gubernur ini merasa tersinggung dengan berita tersebut.

Bertepatan dengan hari pemuatan soal tanah Cihea di Harian Gala tersebut, Mang Ihin kebetulan akan melakukan rapat kerja dengan wali kota dan bupati se Jawa Barat.

Usai rapat sekira pukul 13.00, Mang Ihin langsung menggelar jumpa pers dengan para wartawan Bandung dan Jakarta. Bukan membahas hasil raker, melainkan membahas berita utama Gala hari itu yang mengangkat soal tanah Cihea.

Aku sendiri boleh dibilang cuma ketiban sial. Kang Ato yang rupanya sudah memperkirakan bahwa Mang Ihin akan marah besar, hari itu sengaja tak masuk kantor. Redaktur kemudian menugaskan aku untuk meliput ke Kertamukti.

Dalam jumpa pers, usai menjelaskan tentang kasus tanah Cihea, pensiunan jenderal dan mantan komandan Pasukan Perdamaian Garuda II di Kongo itu tiba-tiba bertanya dengan nada tinggi, "Mana wartawan Gala?".

Karena memang aku yang hadir mewakili Gala, spontan aku mengangkat tangan. Namun apa yang terjadi? Tanpa diduga sama sekali, dengan wajah merah padam, Mang Ihin langsung menunjuk ke arahku dan mengajak berkelahi.

"Terus terang dewek tersinggung berita Gala poe ieu. Sok ayeuna silaing jeung dewek gelut!" katanya sambil memelototiku.

Bukan aku saja yang terkejut, tapi juga semua wartawan yang hadir. Suasana menjadi hening seketika. Semuanya terdiam dan hanya saling pandang.

Tak lama, dalam situasi yang mencekam itu, salah seorang wartawan senior (aku sudah lupa siapa), akhirnya bicara. Ia menyarankan, bila berita tersebut memang tidak benar, sebaiknya dibawa ke jalur hukum saja.

Tapi apa jawab Mang Ihin? Dengan suara keras ia berkata, "Dewek mah teu perlu jalur hukum jalur hukum sagala. Dewek mah hayang gelut!", katanya sambil tetap memelototiku.

Namun satu dua wartawan senior lain akhirnya angkat bicara dan tetap menyarankan agar kasus berita tersebut dibawa ke jalur hukum saja.

Setelah terjadi dialog yang cukup lama, Mang Ihin akhirnya luluh juga. Ia kemudian dengan panjang lebar memberikan penjelasan mengenai kasus tanah Cihea tersebut.

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Artinya, jumpa pers yang berlangsung dalam suasana tegang itu sudah berlangsung 5 jam. Sebuah jumpa pers terlama yang pernah aku hadiri.

Ketika esoknya aku bertemu dengan kang Ato dan menceritakan apa yg terjadi akibat berita tersebut, ia hanya tertawa cengengesan.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya