Malu Maluin Euy!

Dengan Tetangga Kok Gitu?

foto

istimewa

Salah satu razia yang dilakukan aparat Satpol PP di sebuah hotel di Serpong beberapa pekan yang lalu.

Catatan KANG MAMAN

KATA orang tua kolot baheula, tetangga itu adalah saudara yang paling dekat. Dan memang atuh kudu demikian. Jika kita jauh dengan saudara dan keluarga, kalau ada apa-apa baik sakit maupun susah, yang paling dahulu diminta bantuan terlebih dahulu teh adalah tetangga. Makanya dalam agama juga kita diharuskan baik-baik sama tetangga.

Tapi baiknya jangan kelewatan lho, seperti Bang Demen (58)--sebut saja begitu-- nama lelaki yang telah beranak cucu ini. Dia itu punya tetangga seorang gadis yang usianya sebaya dengan anaknya, nama samarannya kita panggil saja Neneng (22).

Neneng adalah mahasiswi, sementara Bang Demen sudah aki-aki. Tapi ihwal pertemanan mah tidak pandang bulu, biar Neneng bulunya masih hitam pekat dan bulu si aki sudah campur uban --maksudnya bulu rambut-- mereka tidak risih dan tidak gamang. Pokoknya dibikin serba tenang sajah.

Mungkin kelewat sayang, si Abang Demen ini begitu baik sama tetangga yang bahenol ini, maklum Neneng masih perawan tingting. Jika istri si abang pergi ia deketin Neneng. Duit untuk jajan dan ongkos kuliah mah sudah tak terhitung berapa jumlahnya yang telah ia berikan.

Hebatnya, Bang Demen mah tidak itungan. Pasalnya Neneng juga gak pernah ngitung kalkulasi untung rugi. Yang pasti dibalik hubungan mereka ada "UU Cipta Kerja", bukan Undang-Undang Omnibus Law lho, tetapi "UU Cipta Kerja" artinya Ujung-Ujungnya, jika si Abang suka mencipta cinta dan kasih sayang, si Neneng siap dikerjain. Simbiosis mutualistik, sama-sama menyenangkan.

Begitulah yang terjadi, tetangga lain termasuk anak istri si Abang gak ada yang curiga bahwa aki-aki yang satu ini sudah lama pacaran sama si bahenol Neneng. Karena tetangga tea mungkin oleh tetangga lain hubungan mereka itu hubungan tetangga biasa saja, masa iya ada aki-aki bobogohan sama gadis kamari sore.

Padahal tidak demikian. Hubungan gelap mereka itu telah berjalan setahun. Kalau mau kencan mereka sangat rapi sekali. Dikala bininya tiada Bang Demen yang ngajakan, begitu pula jika orang tua si Neneng pergi, Bang Demenlah yang nyamperin. Setelah berduaan mah... derrr saja begituan. Gak perlu ditulis, pokoknya mah begitulah!

Cerita hubungan gelap mereka berdua ini diketahui ketika keduanya tengah indehoy di sebuah kamar hotel di kawasan Serpong Tangerang Selatan. Mereka tak sadar satu tim dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tangerang Selatan Minggu (27/9) malam lalu mengadakan "Operasi Pekat" atau operasi Penyakit Masyarakat.

Di sebuah kamar itulah mereka tak berkutik. Ketika rombongan Satpol PP membuka pintu kamarnya,tampak mereka tengah berduaan. Karena bukan suami istri, akhirnya keduanya digelandang ke markas Satpol PP Tangsel, juga bersama pasangan lainnya. Bedanya, pasangan lain mah usianya masih muda-muda dan yang ini mah timpang, yang satu abah yang satu bocah.

Di markas Satpol PP Bang Demen dan Neneng mengakui bahwa mereka bukan suami istri, tapi katanya pacaran. Malah katanya telah setahun main gelap-gelapan tanpa diketahui keluarga dan tetangga lainnya. Mendengar itu Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Tangsel, Muchsin, hanya bisa geleng-geleng kepala.

Ketika Muchsin menasihati agar keduanya menikah saja ketimbang main petak umpet, mereka sepertinya siap pisan. Dan selanjutnya, setelah menandatangani perjanjian di atas kertas bahwa mereka takkan nginep di hotel lagi selama belum jadi suami istri, pasangan itu dipulangkan ke rumahnya.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya