Rudi Rusnadi Pengurus KONI

Jangan Jor-Joran Beri Bonus Atlet, yang Penting Jaminan Hari Tuanya

  • Jumat, 15 Oktober 2021 | 22:23 WIB
foto

Foto : Bim Bim

RUDI Rusnadi Pengurus KONI Kota Tasikmalaya.

TASIKMALAYA, KejakimpolNews.com - Hujan bonus dan hadiah kini tengah dinanti oleh para atlet berprestasi usai berlaga dan mengharumkan, memunculkan nama wilayah. Bahkan publik pun sepertinya ingin mengetahui kabar bonus apa yang diberikan pemerintah daerah.

Sungguh seorang atlet untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam sebuah even, dia harus mengorbankan sekolah, waktu dan materi juga ikut terkorbankan.

"Rek indungna, bapana da karunya budak aya karesep kajeun teuing ngajual itu, ngajual ieu. Rek indit kamana, rek indit kaditu. Ibunya, bapaknya kasihan melihat anak punya keinginan rela menjual segala. Mau berangkat kemana ke, mau berangkat ke situ ke," demikian komentar seorang pengurus KONI Kota Tasikmalaya, Rudi Rusnadi dalam sebuah obrolan terkait bonus yang diberikan kepada atlet berprestasi, di Kantor KONI Kota Tasikmalaya beberapa waktu lalu.

Dikatakan, ini tentunya menjadi perhatian tersendiri. "Saya kira harus ada memang suatu sistem tersendiri. Dalam Undang Undang keolahragaan sekarang tidak secara inflisive tapi lengkap," tuturnya.

Cuma, tambahnya, bagaimana untuk memaintance paska menjadi atlet itu. "Kita lebih ke jor joran reward. Ketika dia menjadi juara dikasih bonus seratus juta, limapuluh juta bahkan semiliar, setengah miliar,"katanya.

Dijelaskan, Itu membuat secara psikologis sebetulnya konsumtif juga. "Mohon maaf, kalau saya tidak biasa pegang uang tiba tiba ini. Akhirnya beli ini, beli itu yang mungkin juga tidak dibutuhkan sebetulnya," cetus Rudi. Rudi mencontohkan, di Barat atau di Asia seperti Jepang, bonus itu hanya penghargaan biasa tapi ada jaminan JHT (Jaminan hari tua).

Ditambahkan, bagaimana the countries, negera itu me-maintenance seorang atlit yang sudah membela, memunculkan wilayah atau negaranya, baik regional atau internasional.

"Bisa mendapatkan hari tua yang menjamin. Golden age itu tarolah di usia 14 berlatih paling maxsimal di 26-27," cetusnya. Dikatakan, kalau lebih ini lagi kan sekarang untuk PON K.U (Kelompok Umur) ada yang mencapai 23 atau paling banter di 25, apalagi bawahnya Porprov.

"Sekarang sudah mulai itu. Hanya satu, dua nomor saja yang boleh untuk senior," tuturnya lagi. Nah itu artinya apa, kata Rudi, karena jenjang olahraga ini regenerasinya harus berjalan. "Menang ditingkat lokal umur sekian kemudian harus menang di tingkat regional, Jawa Barat umur sekian. Jika menang ini waktu PON berikutnya masih ada waktu," jelasnya.

Ditegaskan, exciting sekali amazing untuk bonus. "Cukup dia diberikan jaminan hari tua. Setelah tidak itu dia apa. Dia kerja apa. Dia dijaminkan apa," jelasnya. Dalam arti, tambahnya, ada JHT, ada pesangon. Dalam artian atlet sudah tidak lagi bertanding.

"Bisa jadi pelatih kalau diperlukan tapi dia hidup itu tenang tidak berpikir lagi pada hal-hal bekal untuk hidup," cetus Rudi. Dikatakan, untuk tingkat Kota/Kabupaten ini tidak memberikan sepersen pun bagi atlet yang berprestasi ada jaminan hari tua atau menjadi PNS.

"Tapi saya optimistis pemerintah akan semakin memperhatikan berbagai elemen dan komponen masyarakat, termasuk keolahragaan didalamnya," pungkasnya.**

Editor: Maman Suparman

Reporter: Budi Ombik

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Cycling de Jabar 2024, Eksplorasi Pariwisata Ciayumajakuning
Ludahi Wasit, Fotografer Bhayangkara FC Dihukum Tak Boleh Hadir di Stadion Selama Setahun
Timnas Indonesia Latihan Perdana Jelang Lawan Vietnam, Thom Haye dan Ragnar Belum Gabung
Yakin Timnas Indonesia Kalahkan Vietnam, Beckham: Di Piala Asia Juga Kita Menang
Tanpa Pratama Arhan dan Ivan Jenner Karena Sakit, Timnas Indonesia Siap Lawan Vietnam Malam Ini