Inilah Dinamika Politik? Dan Golkarpun Berbalik Arah

foto

Foto : Istimewa

Airin Rachmi Diani yang sempat mengenakan baju bermotif warna merah, kini menguning lagi.

Oleh DEDI ASIKIN
(Wartawan Senior)

SAYA tak kaget ketika mendengar kabar perubahan sikap pringgi Partai Golkar yang mendadak berbalik arah. Entah karena pergantan pucuk pimpinan dari Airlangga Hartarto kepada Bahlil Lahadalia hingga ganti pula kebijakannya. Yang pasti, hari ini mendadak sontak berbalik jadi mendukung Airin Rahmi Diani.

Gal apa-apa, biasa dalam politik mah, pagi tahu sore tempe pun tak aneh, dimaklum. Cuma geli dikit-dikit, rapopo.

Itulah yang disebut politik itu dinamis seperti yang saya tulis kemarin. Bisa berubah dalem hitungan detik. Golkar terkesan jungkir balik, koprol atau akrobat dalam istilah olah raga mah.

Perubahan sikap Golkar tidak salah, karena semua baru dalam rangka persiapan. Baru lebih dikit dari wacana. Lagi pula Airin itu bukan kader jore-jore alias kader kemaren sore. Bukan beringin baru tumbuh.

Dia Golkar tangguh. Jadi Wali Kota Tanggerang Selatan saja dua periode. Bahlil harus tahu itu.

Kepastiannya adalah ketika mereka, partai atau gabungan partai mendaptarkan calon di KPU dan itu sesuai jadwal, mulai tanggal 27-29 Agustus.

Tapi kemarin memang Airin layak bingung. Layak sedih. Apalagi perempuan. Menangis wajar. Menangis itu bisa terjadi dalam dua konotasi, sedih atau gembira.

Hidup di alam fana ini ibarat naik korsel. Ada giliran di bawah, tapi ada saatnya meluncur ke atas. Ada masa bergembira ria, tapi bakal datang pula saat duka nestapa.

Berbeda dengan di alam baqa di yaumal akhir. Di surga gembira selamanya. Di akhirat menderita selamanya. Tak ada gembira barang sesaat. Dan itu, khaliidiina fiiha abaada. Kekal untuk selamanya. (QS al Bayyinah ajat 8)

Apa yang terjadi pada Golkar tentu mempengaruhi strategi KIM (Plus). Artinya Golkar tidak terikat dengan kesepakatan yang sudah ada, yaitu berkoalisi sampai ke daerah daerah. Bahkan maunya banyak calon berhadapan dengan kotak kosong, zero box. Dan terjadi calon tunggal (single candidate).

Putusan MK NO.60/PUU-XXII/2024 memang berpotensi memporak porandakan strategi KIM Plus. Akan sangat mungkin satu sama lain berpaling kepada kepentingan sendiri sendiri.

Seperti yang dilakukan Golkar. Setelah menyerahkan rekomendasi (B1 KWK) kepada Airin, Golkar tak boleh lagi bicara Andim ( Andra Soni dan Dimyati).
Sekarang ini 8 parpol yang bisa melenggang sendiri.

Sebab kisi-kisi jumlah suara menurut putusan MK cuma berkisar antara 6,5 sampai 10% suara sah dalam pileg yang lalu.

Jakarta misalnya dengan jumlah dapatnya antara 6 sampai 12 juta , cuma perlu 7,5 persen dari suara sah.

Inilah gambaran perolehan suara ayah di Jakarta (dalam %) adalah :
PKS= 16,88
PDIP= 14,01
Gerindra= 12
Golkar= 8,53
Nasdem= 8,99
PKB. 7,66=
PSI 7,68=
Demokrat = 7,32

Partai partai nonparlemen kalau mau bisa membentuk koalisi jojodog atau koalisi Bank Emok.

PPP= 2,53
Pelindo= 2,4
Hanura = 0,44
PBB= 0,26
Ummat= 0,93
Dan beberapa parpol lainnya.
Semoga pilkada 2024 memberi makna positif bagi seluruh rakyat.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Pradul Jadinya
Hasrat Membenci
Garuda Biru
Anis, Pesona Suara Merdumu
Pak Polisi Mengapa Harus Refresif?