Sisi Lain Hari Pahlawan, Ada Singa dari Cirebon

  • Minggu, 10 November 2024 | 17:10 WIB
foto

Foto: NU Online

K.H. Abbas Jamil

Oleh PUTRA ASIKIN
(Wartawan KejakimpolNews.com)

KETIKA tanggal 9 November 1945 Bung Tomo meminta K.H. Hasyim Asyari memberi komando perang, sang Hadratusyaikh, bilang sebentar lagi menunggu singa dari Cirebon .

Ternyata yang dimaksud singa itu tak lain dan tak bukan adalah K.H. Abbas Jamil, biasa pula dipanggil Abas Buntet ( nama pesantren tertua di Cirebon).

Begitu sang Singa nyampe K.H.Hasyim langsung menunjuknya sebagai komandan perang, memimpin Laskar Hizbullah dan Fisabilillah.

K.H. Abbas menyuruh para pejuang berwudu dan minum air yang sudah diberi doa.
Dan Bung Tomo pun langsung mengomando pasukan hizbullah dan fisabilillah yang terdiri dari pasukan pemuda, santri dan kiyai untuk maju ke medan perang. Pidato bung Tomo yang berapi-api telah menjadi magnet para pemuda berduyun-duyun berjuang ke ruang perang.

K.H. Abbas adalah putra K.H. Abdul Jamil, cucu Abdul Muqoyim, pendiri Pondok Pesantren Buntet di Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanjapura Kabupaten Cirebon.

Abbas Jamil (lahir 25 Oktober 1879) dikenal sebagai kiyai alim tetapi memiliki ilmu kanuragan. Di depan para anggota laskar, tangannya digosok padang tidak terluka.

Diceritakan dalam perang itu bermacam-macam benda seperti surban, tasbih dan kacang ijo bisa jadi senjata. Alu (penumbuk padi) berterbangan dan membunuh beberapa orang musuh. Pesawat bomber yang hendak menjatuhkan bom diledakkan dengan biji kacang ijo. Wallahu alam.

Selain memiliki ilmu kanuragan, Kiyai Abbas juga dikenal sebagai ahli fiqih.
Dia sering ke Tebuireng Jombang ketemu dengan K.H. Hasyim Asyari, pendiri NU dan pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Sering pula membantu mengajar di pondok Tebuireng.

Mereka memang bersahabat, sesama nahdliyin. Selain dengan Hadratullahsyaich Hasyim Asyari, Kiyai Abbas juga berteman dengan KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara dan Syamanhudi.

Sebenarnya waktu perang Surabaya itu ada 2 laskar santri dari Jawa Barat. Dari Buntet dan Babakan Caringin yang dipimpin Kiyai Amin Sepuh.

Satu hal yang masih belum tercapai adalah memperjuangkan agar KH Abbas Jamil diberi gelar Pahlawan Nasional. Bahkan perjuangan itu didukung bupati Cirebon terakhir Imron Rosady. Menurut Imron, K.H. Abbas layak mendapat gelar pahlawan Nasional.

Kemenangan perang Surabaya yang menjadi momen Hari Pahlawan menjadi fakta sejarah. Kekuatan perang Surabaya itu didominasi laskar Hizbullah dan Sabilillah. Terbukti kita memang.Terbukti panglima perang sekutu Brigjen AJ Malabi tertembak mati. Terbukti tentara sekutu meninggalkan Indonesia.

Ingat kata kata bijak: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan.
Selamat Hari Pahlawan 10 November.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Korupsi, Oh Korupsi Penjabat Kepala Daerah
Hari Sawit Indonesia, yang Menggigit dan Digigit
Rame-Rame Minta Tambah Anggaran
Quo Vadis Pendidikan Indonesia?
Bawaslu Kota Tasikmalaya Digeruduk Massa, Hajar Serangan Fajar