VIVA Paguyuban Warga Tani Tasikmalaya Selatan
Oleh PUTRA ASIKIN
(Wartawan KejakimpolNews,com)
BEBERAPA kali saya mengirim WhatsApp (WA) ke anggota Grup Paguyuban Warga Tani Tasikmalaya Selatan (PWTT). Itu bukan basa basi, bukan cuma hiasan bibir atau pencitraan.
Saya benar benar mendukung lahirnya WAG itu. Apalagi katanya akan dikembangkan menjadi organisasi paguyuban para petani Tasikmalaya Selatan.
Dari dulu saya sering mengusulkan agar Presidium Tasela mulai memikirkan pengembangan ekonomi masyarakat di selatan Kabupaten Tasikmalaya, bari nungguin keluarnya Daerah Otonomi Baru Kabupaten Tasikmalaya Selatan.
Ekonomi Tasikmalaya Selatan identik pertanian dan kelautan. Tak usah dulu berfikir sektor lain.
perdagangan atau industri. Juga pariwisata. Dengan ekonomi masarakat petani yang meningkat, daya bayar (capacity to pay)-nya meningkat, maka perdagangan dan industri akan m mengikuti, bangkit berkelanjutan.
Pun demikian dengan pariwisata. Tasikmalaya Selatan memang kaya destinasi wisata. Ada laut selatan yang membentang dari Ciheras sampai Cikalong.
Yang sangat membanggakan, Tasela punya wisata religi yang memiliki koherensi dengan pengembangan agama Islam di Jawa Barat oleh Syeikh Abdul Muhyi, yaitu Pamijahan. Pamijahan sebagai destinasi wisata religi sudah amat berkembang.
Destinasi lain akan berkembang dengan sendirinya ketika ekonomi masyarakat sudah meningkat. Paradigma berpikir saya biarkan wisata itu menjadi akibat. Akibat dari masyarakat sejahtera, banyak duit, mereka akan sukacita berwisata ria. Sekarang ini, orang bukan tak ingin beria ria, cuma kantong cien gak ada .
Banyak objek wisata dibangun, kemeriahannya cuma beberapa bulan saja, sepi lagi.
Jadi yang tepat adalah yang dilakukan Yayan Kusmayadi, Ending Mulyana dan lain lain temañ-teman saya di Tasela, yaitu mengembangkan sektor pertanian secara inklusif.
Petani mukti bukan petani tinggal daki, nelayan jaya, bukan nelayan yang kulitnya makin kelam.
Sekali lagi saya sampaikan Viva kepada Paguyuban Warga Tani Tasik Selatan.
Viva itu sebuah prasa berasal dari bahasa latin, Vivus. Artinya hidup, penuh kehidupan atau panjang umur.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Viva adalah ekspresi untuk menunjukan sukacita dan kebahagiaan atau berharap mereka panjang usia.
Kata viva itu saya sampaikan kepada teman-teman di Tasela yang sudah menemukan jati diri, mengembangkan ekonomi pertanian dan kelautan.
Sebagai orang kidul saya tak pernah lupa apalagi melupakan lembur, bale sarakan, tempat diri ngajadi.
Jika maut datang menjemput saya ingin berkalang tanah di makam keluarga di Kompung dan Desa Karangmekar, Kecamatan Karangnunggal.
Viva PWTT.**