Pidato Lengkap Sang Ayahanda
Kang Emil, "Kematian Eril, Merupakan Kehilangan yang Sangat Telak..."

Yayan Sofyan
PEMAKAMAN ERIL ditonton ribuan orang. Tampak Ridwan Kamil istri dan keluarganya menyaksikan dari dekat prosesi pemakaman putra sulungnya Emmeril Kahn Muntadz atau Eril di Cimaung. Dilanjutkan dengan pidato.
SOREANG. KejakimpolNews.com.- Iring-iringan mobil jenazah Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril, anak sulung Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, keluar dari gerbang Tol Seroja, Soreang, Kabupaten Bandung, Senin (13/6/2.022).
Dari pantauan KejakimpolNews.com, sekitar pukul 10.00 iring-iringan mobil jenazah telah memasuki jalan Soreang menuju lokasi pemakaman di daerah Cimaung, Kabupaten Bandung.
Saat melewati jalan Soreang, iring-iringan tampak disambut ribuan warga yang berdiri di tepi jalan untuk melambaikan tangan kepada mobil jenazah. Bahkan di antaranya banyak yang mengabadikan momen lewatnya iring-iringan jenazah Eril dengan kamera ponselnya.
Ribuan orang yang berjajar di pinggir jalan Soreang terdiri dari berbagai usia, mulai anak-anak sekolah berseragam hingga orang-orang dewasa, emak-emak dan bapak-bapak.
Bukan hanya di Soreang, animo masyarakat untuk menyambut iring-iringan mobil jenazah Eril ini terlihat dari pintu masuk Gedung Pakuan, Bandung dan di beberapa titik di Tol Soroja.
Sambutan dari masyarakat tak juga putus. Di kompleks pemakaman keluarga di Kampung Geger Beas, Desa Cimaung, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, juga sudah dipenuhi massa. Di pintu masuk lokasi pemakaman jenazah Eril sudah dipenuhi oleh masyarakat.
Ribuan warga berkumpul di lokasi karena ingin melihat iring-iringan mobil yang membawa jenazah Eril. Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril meninggal dunia. Di depan liang lahat, tamp[ak Kang Emil dan sang istri Ny.Atalya Praratya bersama putri dan saudaranya duduk di kursi berjajar menghadapi liang lahat.
Perlahan peti mati itu dimasukan ke liang lahar selanjutnya ditimbun tanah. Semua mata tertuju ke urugan tanah yang makin lama semakin menutupi penuh jasad Eril dalam peti mati. Tampak Ny.Atalya yang duduk di kursi menghadapi liang lahat sesekali membuka kaca matanya, lalu menyeka butiran air mata dengan tisu.
Usai sudah pemakaman, berikutnya tabur bungga dari sang ayahanda dan ibunda serta saudaranya. Usai tabur bunga, pemimpin nomor 1 di Jawa Barat ini kendati masih berbalut berduka, ia tampil memberi kata sambutannya dengan tegar dan suara jernih tertangkap kata demi kata.
Inilah isi lengkap pidato Ridwan Kamil atau Kang Emil yang telah mengikhlaskan putra kesayangannya Emmeril Kahn Mumtadz untuk pergi selamanya kembali ke haribaanNya.
Inilah pidato lengkapnya:
Kematian Eril merupakan kehilangan yang sungguh dahsyat dalam momentum waktu yang nyaris sejajar, kami merasakan kehilangan yang paling besar tapi seketika itu juga kami merasa dilimpahi kasih yang akbar.
Izinkan saya menyampaikan sepenggal rasa cinta, siapa itu Eril dan apa hikmah dari kepergian Eril.
14 hari bisa terasa pendek dalam hidup rutin yang sehari-hari, tapi 14 hari ini menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami.
Kami bertanya-tanya mengapa harus selama ini ya Allah? mengapa tidak lebih cepat agar semua lekas berlalu, supaya kami yang hidup tidak terlalu lama mengharu biru?
tapi waktu adalah rahasia Allah yang mustahil bisa dipecahkan apalagi menyangkut tentang kelahiran dan kematian.
Waktu adalah relatif, begitulah kata orang orang yang arif, dan akhirnya kami menerimanya dengan hati yang lapang, sebab kami bisa menemukan banyak sekali petunjuk yang terang.
Dalam rentang 14 hari yang sejujurnya sangat melelahkan, namun kami pun mendapat banyak pelajaran dan menerima kearifan. Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat, tapi setelah dicermati ternyata kehidupannya sangat padat penuh manfaat.
23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar, namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar.
Kami belajar tentang hidup yang tidak semata terdiri atas lamanya hari, tapi tentang tiap hela napas yang dipakai berbuat baik walau kecil dalam sehari-hari.
Kami mengikhlaskan Eril pergi karena kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya.
Mungkin akan berat, tapi kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tak akan pernah lagi melihat lagi jasadnya untuk terakhir kali, bukankah Eril lahir di New York yang berada jauh diseberang, mengapa tidak jika iya wafat di Swiss yang jauhnya juga tidak berbilang.
Bukankah tiap sejengkal tanah adalah milik Allah yang menentukan segala pergi dan pulang.
Luncuran doa yang dipanjatkan dari berbagai penjuru negeri adalah limpahan pertanda yang lebih dari cukup bagi kami untuk yakin barangkali Allah memang yang menghendaki agar kepulangannya disambut baik oleh langit dan bumi.
Bagaimana mungkin kami tidak merasa dilimpahi oleh rahmat dan kurnia saat jenazah yang terbaring ini, berada di air berhari-hari masih utuh lagi sempurna, itulah salah satu keyakinan kami bukti adanya mukjizat yang akhirnya Alhamdulillah kami diberi sempat untuk melihat tanda kekuasaan Allah sang pemberi berkat, pelajaran bagi kita yang beriman, dan yang pandai membaca isyarat.
Kematian Eril, merupakan kehilangan yang sangat telak juga pengalaman yang sungguh dahsyat dalam momentum waktu yang nyaris sejajar, kami merasakan kehilangan yang paling besar, tapi seketika itu juga kami merasa dilimpahi kasih yang akbar.
Terakhir kami sangat bersyukur dianugerahi seorang putra yang dalam hidupnya, bahkan dalam pulangnya masih mendatangkan cinta kepada kami sang orang tua.
Terima kasih, hatur nuhun, jazakallah khairun katsiran, atas segala cinta doa yang dipanjatkan untuk ananda Eril almarhum, semoga Allah membalas berlipat-lipat kebaikan Anda semuanya.
Editor : Yayan Sofyan