Membangun Ketahanan Pangan, Kasus Kalteng Jadi Pelajaran

Dedi Asikin
Oleh DEDI ASIKIN
(Watawan Senior)
KOMITMEN Presiden ke-8 Prabowo Subianto terhadap pembangunan ketahanan pangan, tak perlu diragukan. Ia teramat paham soal ancaman krisis pangan yang mengancam kehidupan global.
Dan memang saat ini seluruh bangsa di dunia sedang nyutnyutan menghadapi ancaman itu. Ancaman kesulitan bahan pangan. Salah satunya meneruskan langkah presiden ke-7 Joko Widodo, membangun lumbung pangan nasional (food estate).
Sistem atau caranya juga sama dijadikan Proyek Negara atau diserahkan kepada koperasi.
Tetapi sejak awal pelaksanaan program itu terkesan terburu-buru dengan pengetahuan dan sikap moral yang rendah. Terbukti banyak kegagalan.
Salah satu contoh kegagalan yang fatal adalah proyek penanaman singkong di Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah.
Proyek yang leading sector-nya menteri Pertahanan Prabowo Subianto sendiri nyaris tidak tumbuh karena ketiadaan ilmu dan pemaksaan kehendak. Pada akhirnya proyek kementerian pertahanan itu malah menjadi olok-olok.
Masalahnya setelah tahu singkong tak tumbuh rupanya mereka ganti dengan tanaman jagung. Sebagian malah dibiarkan tumbuh dalam polibag.
Ketika panen terjadilah olok-olok itu itu dengan nada satir plesetan lagu menanam jagung ciptaan ibu Sud:
Cangkul cangkul cangkul yang dalam,
menanam singkong memanen jagung.
Tak bisa berbuat apa, memang begitu kenyataannya.
Herannya Presiden Jokowi seperti tak merasa ada kesalahan dalam proyek itu. Selain diteruskan malam dimasukan katagori Proyek Strategis Nasional. Anggaran negara terus menggelontorkan. Malahan jumlahnya dinaikan.
Tahun 2024 anggaran ketahanan Rp112,7 triliun. Tahun 2025 dalam APBN yang disusun pemerintah Jokowi, anggaran urusan isi perut itu naik menjadi Rp139,4 triliun.**