Penelitian Ahli dari ITB

Awas...! CImanggung Sumedang Bisa Longsor Lagi

foto

istimewa

PETA kondisi areal Cimanggung yang berbukit-bukit dan banyaknya perumahan berpotensi terjadi longsor susulan.

BANDUNG, KejakimpolNews.com.- Ahli di bidang longsoran tanah dan geologi teknik ITB, Dr Eng Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T., mengingatkan akan bahayanya longsor susulan di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Kesimpulan tersebut ia peroleh setelah tim dari KK Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB meninjau lokasi terjadinya longsor. Tim, menurut Imam, menemukan rekahan lain dengan jarak 7 meter dari lokasi kejadian di bagian atas lereng dekat ke jalan. Dari rekahan yang ditemukan perlu menjadi kewaspadaan akan bahaya longsor susulan.

"Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)" ujarnya seperti disampaikan melalui siaran pers ITB, Kamis (14/1).

Ia mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali. Setidaknya ada empat kali kejadian longsor, sepeti dikatakan saksi mata di lokasi tersebut. "Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang manuju arah gawir utama atau mahkotanya,” ujarnya.

Menurut Imam Sadisun, jika melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning. Artinya memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi. "Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas," ujarnya.

Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor. Imam menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Sumedang ini, menurutnya terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.

"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya. Berdasarkan pengamatan dan analisis Imam Sadisun, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada.

Tempat inilah, kata Imam, awal terganggunya keseimbangan atau kestabilan lerengnya ditambah dengan terjadinya hujan lebat. Selain itu di area tersebut lahannya sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah hingga pada bagian bawahnya.

Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada proses terbentuknya longsoran ini. Terkait akan bahaya longsoran susulan, Imam mengusulkan agar pemerintah segera melakukan upaya penanganan.

Hal itu, lanjut dia bisa dilakukan dengan cara penataan dari atas tebing, mulai dari stabilisasi lereng tersebut dengan melakukan perkuatan material pembentuk lereng atau pemberian struktur penahan lereng secara bertahap, hingga pengaturan drainase permukaan dan bawah permukaan dengan baik. Atau jika tidak dilakukan penataan ulang kawasan, solusi lain bisa dengan cara merelokasi masyarakat yang ada di sekitar lokasi longsor ke tempat aman.**

Editor: Dede Suryana

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Pohon Mahoni Setinggi 12 Meter di Jalan Siliwangi Tumbang Menimpa Pengemudi Ojol
TPU Nagrog Ujungberung Longsor, Pemkot Bandung Relokasi 8 Makam
Taspen Umumkan THR Pensiunan Cair 17 Maret, Lembaran Pengumuman Beredar di Medsos
Banjir di Kab. Bandung Meluas ke 9 Kecamatan Terendam, Inilah Titik-Titiknya
PDIP Jabar Tantang Dedi Mulyadi Bongkar Bangunan Swasta di Puncak yang Merusak Ekologi