Gegara Alih Fungsi Lahan

Longsor dan Banjir Ancam Rancaekek dan Jatinangor Hingga Tahun Mendatang

foto

istimewa

GUNUNG Geulis dan Bukit Goong di utara Rancaekek yang termasuk Kabupaten Sumedang, kini berubah. Dulu hutan pohon, kini hutan beton, penuh bangunan ditambah pengerukas pasir. Maka, banjir dan longsor akan terus mengancam, kawasan di sekitarnya.

BANDUNG,KejakimpolNews.com.Banjir dan longsor di wilayah timur Bandung, khususnya Kawasan Rancekek, dan Jatinangor Sumedang bukan kejadian baru, berpuluh tahun jadi langganan. Anehnya, upaya Pemda baik Kabupaten Sumedang maupun Kabupaten Bandung termasuk Pemerintah Provisni Jawa Barat tak menamkan hasil.

Jalan nasional Cileunyi-Garut terutama depan pabrik Kahatek, jika hujan turun berubah jadi "sungai" kendaraan tak bisa lewat, macet total menjengkelkan. Celakanya, kali ini bukan hanya banjir, di hulu kawasan Cimanggung terjadi longsor menyebabkan 40 jiwa terkubur hidup-hidupi.

Ancaman hujan dan longsor masih berlanjut hingga tahun-tahun mendatang, sebab kondisi lingkungan yang kian mengkhawatirkan seperti diungkapkan pakar hidrologi Universitas Padjadjaran Prof Chay Asdak. Dia menyatakan, penyebab terjadinya bencana tersebut pertama  adanya alih fungsi lahan di kawasan Gunung Geulis, sebelah timur Jatinangor.

“Sisi timur Gunung Geulis itu kan sudah terjadi alih fungsi lahan secara masif, tanaman menyerupai hutan sekarang sudah berubah menjadi permukiman,” ungkap Prof. Chay seperti disampaikan dalam siaran pers Unpad, Kamis (14/1).

Tidak hanya itu, lereng timur Gunung Geulis juga banyak dilakukan pengerukan pasir, sehingga hal ini meningkatkan run off aliran air ke permukaan yang lebih rendah. Praktis, kawasan Jatinangor dan Rancaekek yang notabene berada di bawah menjadi korban gelontoran air dari gunung-gunung yang sudah rusak tersebut.

Tergerusnya area persawahan menjadi permukiman turut menjadi masalah. Padahal, kata Prof Chay, persawahan setidaknya menjadi area parkir air saat hujan turun, sehingga air tidak akan meluber hebat ke wilayah di bawahnya.

"Sayangnya, jumlah area pesawahan di wilayah ini terus menyusut oleh permukiman dan industri," katanya.

Persoalan kedua, kata Guru Besar bidang ilmu pengelolaan daerah aliran sungai Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad tersebut, banjir di Jatinangor dan Rancaekek diakibatkan sarana drainase yang tidak memadai. Seluruh jalan di kawasan tersebut banyak yang tidak disertai dengan sarana drainase di bahu jalan.
 
Persoalan ketiga adalah pendangkalan dan penyempitan sungai di kawasan tersebut. Prof. Chay menyebut, sungai di Jatinangor dan Rancaekek mengalami pendangkalan akibat sedimentasi erosi, lumpur, dan sampah. 

“Jangankan di Jatinangor, Kota Bandung saja yang infrastruktur dan monitoring sampahnya lebih baik, tetap masih jadi persoalan saat hujan,” ujarnya.

Terkait adanya proyek pembangunan jalan tol di kawasan Jatinangor, Prof Chay berpendapat perlu juga melihat apakah proyek tol mengganggu sistem drainase atau tidak. “(Proyek tol) tidak ada masalah asal drainasenya juga sesuai,” imbuhnya.

Prof Chay menilai, mengatasi persoalan tersebut butuh kesadaran berbagai pihak. Tidak hanya menjadi tugas pemerintah, masyarakat pun diminta lebih sadar untuk tidak membuang sungai ke wilayah sungai.

Dari sisi birokrasi, masalah banjir di Jatinangor dan Rancaekek menjadi tanggung jawab dari berbagai wilayah administrasi. Karena itu, Prof. Chay meminta tiga wilayah administrasi, yaitu Kabupaten

Sumedang, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung dapat bekerja sama menangani permasalahan banjir ini. “Provinsi juga harus mengatur. Ini yang belum pernah kita dengar,” katanya.**

Editor: Dede Suryana

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Jasad Endang Ditemukan di Bawah Timbunan Tanah Longsor di Bungbulang Garut
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Ngantor di Karawang Didampingi Bupati Aep
Tebing Longsor Menerjang Tiga Rumah Warga di Kp.Cireundeu, Leuwigajah Kota Cimahi
Tiga Kendaraan Tabrakan Beruntun di Tol Cipularang, Kasur yang Tumpah dari Truk Dijarah Warga
Dari Longsoran TPT dan TPU di Samping Kantor Kecamatan Cileunyi Ditemukan 2 Kerangka Manusia