Khatib Azhar Luzatul Widad,M.Ag:

Gerhana Adalah Momentum untuk Menjadi Manusia yang UIil Albab

foto

Maman Suparman

SHOLAT GERHANA, Ustadz Azhar Luzatul Widad,M.Ag., tampil sebagai khatib sekaligus imam pada sholat gerhana bulan di Mesjid Al Muhajirin Kompleks Taruna Parahyangan, Ujungberung, Bandung.

BANDUNG, KejakimpolNews.com -Semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak Allah swt, termasuk fenomena alam terjadinya gerhana bulan. Fenomena ini hendaknya dijadikan momentum untuk lebih mengingat kepada Allah swt. Demikian disampaikan Ustadz Azhar Luzatul Widad,M.Ag., selaku khatib dalam khutbah yang disampai usai menjadi imam pada shalat gerhana bulan berjamaah Rabu (26/5/2021) malam di Mesjid Al Muhajirin Kompleks Perumahan Taruna Parahyangan Ujungberung Bandung.

Di hadapan jamaah yang memenuhi masjid Al Muhajirin, khatib mengingatkan bahwa dengan adanya fenomena alam gerhana bulan, kita harus memperbanyak dzikir dan bersedekah, "Apalagi dikaitkan dengan baru saja kita melewati Ramadhan dan Idul Fitri, selayaknya kita tidak boleh meninggalkan dzikir dan pikir," katanya mengingatkan.

Gerhana bulan kata khatib,  harus menjadi muhasabah, pengingat, bagi kita semua. "Momentun gerhana harus menjadikan kita mensyukuri sebagian nikmat Allah, apalagi baru saja kita melewati nikmatnya bulan Ramadhan, apa yang telah dilakukan pada bulan Ramadhan lalu jangan berhenti di bulan Syawal ini," katanya.

Jika ada kesempatan untuk shaum, lanjut khatib, lakukanlah syaum Syawal karena pahalanya besar. Pun jika di bulan Ramadhan kita rajin sholat tarawih, kembali jangan berhenti kita rajin sholat malam, termasuk juga bersedekah.

Khatib mengingatkan, ada yang mengartikan bahwa Idul fitri dianggap kembali ke kesucian. Tidak terlampau salah memang, namun yang benar katanya,  adalah kembali berbuka, atau kembali membuka diri dengan nilai-nilai ibadah seperti yang dilakukan bulan Ramadhan lalu dibawa terus ke bukan berikutnya.

"Baca quran, sholat malam tarawih, lakukanlah di bulan berikutnya. Mudah-mudahan kita selalu istikomah menjalaninya tanpa pernah terhenti," katanya.

Manusia ulil albab

Khatibpun menguitip ayat suci Ali Imran ayat 190-191 : Inna fii kholqis samaawaati wal ardli wakhtilaafil laili wan nahaari la-aayaatil l-ulil albaab. Alladziina yadzkuruunallooha qiyaamaw wa qu’uudaw wa ‘alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii kholqis samaawaati wal ardli robbanaa maakholatqa haaadzaa baathilaa, subhaanaka faqinaa ‘adzaaban naar

Yang artinya, "Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”.

Dalam ayat tersebut kata khatib,  Allah menguingatan kita jadi manusia yang ulil albab. Kriteria manusia Ulil albab berdasarkan Ali Imran di atas adalah mereka yang senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati, mengintrospeksi akan adanya sesuatu yang telah diciptakan oleh sang Khaliq yaitu Allah swt.

“Manusia ulil albab adalah mereka yang senantiasa terbenak dalam mindsetnya bahwa semua yang ada di alam semesta ini yang telah diciptakan oleh Allah swt, tidak ada satupun yang sia sia. Semua makhluk yang Allah swt ciptakan meskinya dan pastinya ada kebermanfaatan dan kebermaslahatan. Mereka yang menggunakan akal sebagai perenungan menuju kebermanfaatan dan kebermaslahatan adalah Manusia Ulil Albab,” ujarnya.

Lebih lanjut khatib merinci dari ayat tersebut bahwa ciri-ciri manusia Ulil albab antara lain: mereka senantiasa yang mengingat dan melibatkan Allah swt dalam kondisi apapun seperti keadaan berdiri, duduk, berbaring yang senantiasa mengingat Allah swt.

Dengan demikian, jika manusia dalam aktivitas kehidupan sehari harinya senantiasa mengingat dan melibatkan Allah swt, merekalah sejatinya figur manusia Ulil Albab.

"Sungguh beruntunglah jika seorang manusia mampu memosisikan sebagai manusia Ulil Albab. Manusia Ulil Albab merupakan manusia yang senantiasa meletakan Allah, Rasulullah dan Ajaran Islam di dalam hatinya yang paling dalam. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang Ulil Albab,” Ujar Khtaib Azhar Luzatul Widad,M.Ag menutup klhutbahnya.**

Editor: Maman Suparman

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Jasad ke-5 Korban Longsor Cipongkor Ditemukan, BNPB Siap Relokasi Permukiman Warga
Pj.Gubernur Jabar Janji Siap Perbaiki Rumah Warga yang Rusak Akibat Ledakan Gud Murah
Bus Sekolah Bertuliskan "Kementerian Perhubungan" Terguling di Tol Padaleunyi KM 147, 6 Orang Luka
Halal Bihalal Prov. Jabar, Bey Machmudin: Jaga dan Perkuat Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Tabrakan Maut di Tol Japek KM.57 Minibus Gran Max Kelebihan Muatan, Mestinya 8 Diisi 12 Orang