Pameran Lukisan Semi Out Door di Tengah Hutan Ciremai

foto

H. Wawan Hermawan, Jr

PAMERAN DI HUTAN. Jarang terjadi, dan ini dilakukan para perupa untuk memamerkan karya lukisannya di Hutan Ciremai Kuningan.

KUNINGAN, KejakimpolNews.com - Pameran Lukisan 17 perupa dari berbagai daerah dengan tema Rhythm Of The Forest mewarnai Festival Hawu se-Jawa Barat di kawasan lereng Gunung Ciremai yang digelar 3 hari di Bumi Seni Tarikolot (BST) Desa Sukamukti Kecamatan Jalaksana Kab. Kuningan 25 - 27 November 2022.

Art Event & Culinary yang digagas Yusup Oeblet dan Asep Dheny ini, mendapat perhatian positif dari berbagai kalangan. Betapa tidak, antusias peserta festival Hawu maupun peserta pameran seni rupa tidak hanya dari Jawa Barat, tetapi dari berbagai daerah pun termasuk peserta dari Jawa Tengah turut tampil memeriahkan Art Event ini.

Kurator seni dan juga dosen Seni Rupa Drs.Puguh Thahyono Sadari Waruju, M.Sn, yang lebih akrab dipanggil Puguh Waruju ini, mengapresiasi Art Event seni rupa yang dinilainya sebagai terobosan baru.

Sebuah peristiwa seni rupa menandai kehadiran dan identitas karakteristiknya, selaku zona ekspresi seni budaya, tampak terbaca jelas sebagai bentuk artikulasi dari peran seni terhadap masyarakat dengan segala potensi sekaligus tantangan tentang gerak dinamika sosial dan lingkungannya.

Puguh Waruju memaparkan, dalam event ini secara genius digelar berbagai bentuk ekspresi seni multi disiplin : ada seni kuliner, seni musik, panggung rakyat, seni rupa, talkshow dan kemeriahan lainnya. Suasana desau angin, semilir dingin merupakan persembahan alami yang membawa penghayatan tersendiri atas segala gatra dan ekspresi.

Baik gelaran kesenian maupun kegiatan tradisi serta kebudayaan sehari-hari yang memiliki potensi sebagai sumber daya lokal yang menumbuhkan nilai-nilai kemasyarakatan maupun ekonomi, paparnya. Itulah kekayaan kreatif yang sangat relevan dengan pemajuan kebudayaan dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan tetap menjaga marwah kesenian secara perenial.

Sementara itu, festival ini diikuti oleh para perupa dari wilayah Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya, Bandung, Kebumen, Brebes, Indramayu, Garut dan kota lainnya. Mereka adalah: Acep Zamzam Noor, Agung M.Abul, Asep Chaerullah, Asep Denny, Asep Rojudin, Basuki Bawono, Darip Karya Putra, Haris Nugroho, Husen Sidiq, Khatryn, King Jerry, Nila Jet, Nur Oji, R.Abbas Jasa, Rr. Chondro Puspitasari, Wisnu dan Zufli Akmansyah.

Sementara Acep Zamzam Noor yang dikenal sebagai perupa maupun penyair di Indonesia, merebakkan aroma plus dalam perhelatan ini. Pameran yang dikoordinasi Asep Denny ini didukung oleh Idris Pulungan seorang aktivis Teater Koma.

Dia menyumbangkan gagasan artistik pada perwajahan area festival ini. Menu estetika rupa pada festival BST ini tidak hanya divisualkan secara otonom sebagai karya seni murni.

Khusus pada pameran seni rupa semi out door dengan formasi di luar konvensi galeri pada umumnya, merupakan terobosan baru dengan berbagai pertimbangan keamanan menjadi terpadu dengan nilai artistik yang memantaskan pajangan karya.

Tampilan karya secara murni terdiri dari seni instalasi luar dinding antara lain, dibuat metaverse dari patung-patung totem, berbahan bambu, cabang dan ranting pohon hutan. Para perupa tetap setia untuk menarasi visualkan isu LH (lingkungan hidup) pendekatan gaya dan tehnik visual personal yang diyakininya.(HWawanJr) **

Editor: Maman Suparman

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Nikmati Takjil Hingga Parsel dengan Aman Lewat Cek KLIK, Simak Keterangannya!
Surabi Kinca Suji, Si Manis dari Kota Kembang
Es Cendol Elizabeth: Rasa yang tak Pernah Berubah, Legakan Dahaga Sejak 1972