Penjaja Bendera Merah Putih Dari Garut Sampai Papua

H. Wawan Hermawan, Jr
IBENG penjual bendera
KUNINGAN, KejakimpolNews.com - Menyambut Hari Kemerdekaan RI Ke 77 puluhan pedagang kaki lima (PKL) penjual bendera merah putih, umbul-umbul dan aksesoris lainnya kini mulai membanjiri perkotaan, termasuk juga di Kota Kuningan.
Pedagang nuansa merah putih ini, tersebar di beberapa titik sudut kota dan kecamatan. Pedagang musiman ini seperti biasa menjelang HUT Kemerdekaaan Republik Indonesia mulai semarak. Tidak hanya di Kuningan Jawa Barat, tapi justru tersebar di seluruh peloksok negeri dari ujung Sumatra bahkan sampai ke Papua.
Dan jangan heran, produsen bendera Merah Putih umbul umbul termasuk aksesoris lainnya, yang terkenal adalah produksi Leles dan Kadungora Kabupaten Garut. Di Kota Kecamatan inilah bendera dan pernak pernik ini dijual, Leles Garut memang gudangnya dan menjadi ciri khasnya.
Sama seperti kecamatan khas lainnya di Garut. Tukang cukur dari Banyuresmi, tukang sol sepatu dari Sukawening, Cuanki dari Singajaya, tukang jok kursi dan tukang bajigur dari Limbangan.
Sepert diakui Ibeng Setiawan (56) warga asal Leles Garut, saat ditemui di trotoar Jalan Siliwangi Kuningan Jumat (5/8/2022). Ibeng menuturkan, dirinya bersama puluhan PKL musiman dari Lekes Garut, setiap menjelang HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, menjajakan bendera merah putih dan pernak-pernik lainnya seperti, umbul-umbul, background dan bendera merah putih mini untuk dipajang di mobil.
Harga bendera bervariasi mulai ukuran 90 - 120 - 150 sampai 180 cm dibandrol mulai Rp 25 ribu sampai Rp 60 ribu. Begitu pun umbul-umbul taripnya relatif terjangkau. Sedangkan kain hias panjang merah putih ukuran 5 - 10 meter dijual antara Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu keatas.
"Bendera dan pernak-pernik ini, didapat dari produsen terbesar di Leles Garut yang dipasarkan oleh PKL di seluruh peloksok negeri," tutur Ibeng sapaan akrabnya. Sebenarnya jualan bendera ini ujar Ibeng, hanya selingan saja dan agenda rutin setiap tahun.
"Lumayan hasilnya buat nambah dapur ngebul dan biaya kuliah anak," tutur Ibeng yang terdampar di kota Kuningan sejak 24 tahun silam sebagai pengrajin stempel. Alhamdulillah berkat ketekunan dan kerja keras sebagai PKL, sekarang tidak harus nyewa rumah lagi dan anak cikal Galang Mahardika sudah lulus kuliah dengan Bea siswa ke Thailand dari Uniku jurusan bahasa Inggris dengan hasil cumlaude.
Sekarang menyusul anak bungsunya juga di Uniku mengambil Fakuktas Hukum. Ayah dari dua anak ini mengakui tentang lika-liku mencari 'sesuap nasi' dari masa ke masa. Diawali ikut kakak jualan pakaian jadi, lalu dia mencoba mandiri membuat dan menjual lukisan, tapi ternyata kurang peminat.
"Akhirnya saya buka kios mini ukuran 1 X 1,5 meter. Mangkal diatas trotoar dekat jembatan Merah Citamba. Dari kios itulah saya mulai menerima pesanan stempel," ujar mantan mahasiswa 'DO' jurusan Senirupa ITB ini.
"Lumayan pesanan selalu ada, baik dari pemerintah kabupaten sampai desa dan lembaga maupun organisasi swata dan lainnya. Mengenai tarip tergantung pesanan yaitu @Rp 50 ribu/manual, Rp 75 ribu/digital dan ukuran khusus bisa Rp 100 ribu lebih," kata Ibeng menutup ceritanya.**
Editor : Maman Suparman