Yusran Pare, Wartawan Sampai Akhir Hayat

Almarhum Yusran Pare (tengah/berambut gondrong) bersama sejumlah wartawan lainnya saat menengok Dede Suryana wartawan senior yang meninggal dua tahun lalu.
BANDUNG, KejakimpolNews.com - Kabar duka tengah menyelimuti dunia wartawan. Yusran Pare wartawan senior mantan Pimpinan Redaksi Metro/Tribun Jabar dan sejumlah koran di bawah Naungan Grup Kompas, hari ini Selasa 2 Juli 2024 telah meninggal dunia.
Kepergiannya cukup mengejutkan, maklum tiga pekan lalu tepatnya Rabu 19 Juni 2024 lalu Yusran Pare kelihatan segar bugar dan sempat datang dalam pertemuan dengan sejumlah wartawan senior asal Bandung lainnya atas undangan mantan Wartawan Kompas Ida Yurinda Hidayat.
Di Rumah Makan Mang Kabayan Jalan Soekarno Hatta, pria yang suka berambut gondrong dengan ciri khas senyumnya yang selalu ditebar kepada siapapun kenalannya, sempat ngobrol ngalor ngidul dengan wartawan lainnya.
Hadir atas undangan Ida Yurinda Hidayat yang kangen dengan sejumlah wartawan kenalannya, selain Yusran juga ada H.Edy Djunaedi, Omay Komar, Marsal, H.Nanang Solihin, H. Haris Sumadiria, Yayan Sofyan, Hj. Endah Hamzah, dan dua perempuan mantan karyawan Kanwil Deppen Prov Jabar, Neti dan Nuni.
Almarhum duduk disamping saya, ia menyebut dirinya baru saja sembuh dari sakit pinggang, dan sekarang katanya sudah agak mendingan.
"Cangkeng kang karaos keneh, tilu sasih langkung ngajoprak. Gara-garana mah ngangkat galon," kata Yusran dalam bahasa Sunda ia menyebut sakit pinggang atau urat kejepit menurut bahasa umumnya. Gegaranya mengangkat galon air di rumah.
"Tapi da ari sesepedahan mah masih kiat," katanya lagi menyebut bersepeda masih mampu dan memang itu hobinya.
Yusran memang dikenal seorang wartawan. Darah jurnalismenya mengalir dari ayahnya Mochamad Sidik seorang wartawan kahot di Bandung yang namanya cukup dikenal. Bahkan dua pamannya yakni almarhum Chevy Rachmansyah dan almarhum Emawan Sugiana juga profesinya wartawan di Harian Gala.
Makanya tak heran jika Yusran tak hanya mengikuti profesi ayahnya melainkan juga menjadi profesi pilihannya sejak ia dewasa hingga akhirnya meninggal dunia dengan status wartawan, tak ada profesi lainnya.
Sejumlah rekan-rekannya merasa kehilangan oleh sosok yang rendah hati, dan pribadi yang tak pernah memperlihatkan kerut atau mimik kebencian pada rekan dan sesama. Ia mudah diajak bicara dan tentu ramah dan santun serta nyunda sebagaimana ditampilkan dalam keseharian.
Kami wartawan baik yang masih aktif dan nonaktif di Bandung cuma bisa mendoakan semoga almarhum Yusran Pare diampuni dosa-dosanya, dilapangkan di alam kuburnya, dan keluarga yang ditinggal diberi ketabahan dan keikhlasan.
Selamat jalan sahabat, Allahumaghfirlahu warhamu waafihi wafuanhu.**
Editor: Maman Suparman