Selamat Jalan Faisal!
Catatan RIDHAZIA
(Wartawan Senior)
EKONOM Faisal Basri Batubara (1959-2024) wafat pada pukul 03:50 dinihari, Kamis (5/9) di Jakarta. Selama dua hari ia sempat dirawat di rumah sakit dan diagnosis dokter karena serangan jantung.
Namanya sedang berada puncak popularitas. Ekonom yang tumbuh pemikirannya di era reformasi karena kekritisan pada penguasa memosisikan dia sebagai lawan diskusi yang tangguh.
Suaranya sebagai akademis yang kerap lantang cenderung melihat sisi lemah kebijakan penguasa dan irit memuji ini menjadi alasan kalau pendiri Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) (1995-2000) selalu mendapat panggung di negeri ini.
Frasa "ugal-ugalan" yang diungkapkan alumni UI Jakarta untuk menilai kebijakan ekonomi Presiden Jokowi dan hilirisasi yang digagas Prabowo-Gibran tak luput dari kritiknya. Dan, ia pun mendapat respons pro-kotra karena dianggap sebagai kampanye.
Bukan Penakut
Lelaki kelahiran Bandung tahun 1959 sering dianggap sebagai ekonom yang tak kenal rasa takut. Karena keberaniannya, ia pun diminta melawan mafia migas. Posisinya sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas oleh Menteri ESDM Sudirman Said pada tahun 2014.
Bujuk Menteri
Faisal dalam Political Economic Outlook 2024 di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1) mengaku pernah membujuk Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono serta menteri lainnya untuk mundur dari kabinet Jokowi. Bahkan Sekretaris Kabinet Pramono Anung untuk meninggalkan istana.
Terpapar politik
Meski kerap tampil sebagai akademisi yang mumpuni, sang ekonom yang juga alumni University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988) ternyata terpapar politik praktis. Ia pernah menjadi Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) tapi mundur pada 2003 silam.
Sepeninggalannya, partai yang digagas Amien Rais itu akhirnya dikuasai sekelompok politisi yang berseberangan dengan subtansi gagasannya ketika ia mendirikan PAN.**