Dada Rosada Ungkap Kehidupan di Balik Tembok Lapas Sukamiskin, Konon Mau Difilmkan

Sonni Hadi
Dada Rosada dengan berbagai ekspresi saat wawancara eksklusif dengan KejakimpolNews.com.
Wawancara Eksklusif SONNI HADI
(Wartawan/Editor KejakimpolNews.com)
DADA ROSADA, bagi urang Bandung pasti mengenalnya. Bahkan mungkin sebagian warga Jawa Barat juga banyak mengenal sosok yang satu ini. Maklum ia pernah menjadi Wali Kota Bandung ibu kotanya Provinsi Jawa Barat, maka wajar jika namanya cukup akbrab di telinga urang Jawa Barat.
Pemilik nama lengkap Dr. H. Dada Rosada, S.H., M.Si. ini dikenal sebagai Wali Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat pada dua periode 2003-2008 dan 2008-2013. Pada tahun 2008 Dada berpasangan dengan Ayi Vivananda, SH.,selaku Wakil Wali Kota.
Namun karir dan jabatan pria berusia 77 tahun kelahiran Ciparay, Kabupaten Bandung ini sempat terhenti sebelum mengkahiri masa jabatannya sebagai orang nomor 1 di Kota Bandung. Dia terlibat kasus gratifikasi hingga hakim mengharuskan dirinya mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) khusus korupsi, Sukamiskin, Bandung.
Mungkin karena bukan rahasia lagi, Dada Rosada saat bincang-bincang dengan Sonni Hadi dari KejakimpolNews.com iapun tak segan bercerita tentang kehidupan di balik tembok penjara, Lapas Sukamiskin yang kukuh dan dingin.
Dari sini Dada berbuka-bukaan, katanya ia banyak menyerap ribuan cerita dan pengalaman tentang orang-orang atau penghuni sel di Lapas Sukamiskin se buah gedung penjara peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang masih kokoh hingga kini.
"Banyak yang berpikir bahwa semua orang yang dipenjara adalah orang jahat. Itu jelas salah besar," ujar Kang Dada - demikian ia akrab dipanggil oleh koleha dan kerabatnya.
Kata Kang Dada, banyak pengakuan bahwa sebagian dari mereka yang tersandung di Lapas ini tak melulu karena kejahatan khususnya korupsi. Ada yang mengaku mereka karena fitnah, korban kebohongan, atau mungkin korban kelemahan dirinya sendiri.
Mantan orang nomor satu Kota Bandung ini kembali blak-blakan, katanya dirinya kerap termenung tentang apa yang menimpa dirinya. Namun alhamdulillah kata Kang Dada, ia masih banyak sahabat dan juga warga yang tetap menegur sapa dan menyalami dengan sukacita kepada dirinya, baik dalam pertemuan di luar nonformal maupun dalam acara resmi.
Dada Rosada yang dulu dikenal ramah kepada warga, banyak teman dan suka bergaul ini mengaku belum pernah mendapat cibiran saat ia keluar dari Lapas. Juga tak ada sahabat yang meninggalkan di saat ia telah berubah status.
Banyak cerita yang ia sampaikan tentang latar belakang kehidupan dirinya dan berkarir dari bawah hingga jadi wali kota. Semua tak lepas dari kepercayaan dan kecintaan masyarakat warga Kota Bandung.
Dalam obrolannya, ia mulai sadar bahwa, karena kepolosan, kebaikan, kepercayaan kepada siapa saja yang berbaik-baik dengan, terkadang dimanfaatkan oleh ulah dan tingkah sejumlah oknum.
Dan niat baik itu karena kepolosannya dan selalu husnuzon kepada setiap orang itulah malah ada yang memanfaatkannya sehingga akibatnya ia harus merasakan dinginnya tembok penjara Sukamiskin di Kota Bandung.
Dibikin film otobiografi
Cerita tentang kehidupan inilah yang katanya membuat seorang sutradara ternama dari Jakarta tertarik untuk membuatkan film tentang otobiografi Dada Rosada dari titik nol hingga berakhir di Lapas Sukamiskin.
Kang Dada berceritera tentang kasusnya, mulai dari perjalanan proses hukum lika liku perjalanan yang penuh dinamika. Kadang alurnya "di luar hukum" dan "keadilan". Sejak jadi target operasi (TO), tawar menawar dengan Komisi Pemberantasan Korupi (KPK). lalu menjalani masa hukuman 5 tahun, 7 tahun, 15 tahun, hingga akhirnya 10 tahun, ia ungkapkan dengan detil dan blak-blakan.
Pada gilirannya, Dada menyebut beginilah “cermin” hukum di Indonesia. Semua katanya karena kekuasaan.
Dada menambahkan kalimat, “Najis aing mah dihukum sapoe oge -- Sunda”.
Dada juga menjelaskan bahwa ia masuk Lapas karena dihianati dan dibohongi oleh beberapa orang penguasa saat itu.
Memang ceritera blak-blakan mantan Wali Kota Bandung yang satu ini benar-benar bikin yang mendengar bisa geleng kepala, tentang bobroknya hukum di negeri ini. Dada pun cerita lagi, dirinya benar-benar terzalimi oleh para penguasa yang merasa benar untuk kepentingan golongannya.
Masuknya dia ke Lapas Sukamiskin seperti sudah disekenario sebelumnya dari keinginan penguasa. Dari mulai mencalonkan jadi ketua partai dari seseorang, namun yang terjadi orang lain.
Dari momen inilah sebagai kambing hitam adalah dirinya, lanjut Dada Rosada yang sebelumnya sudah dicalonkan bakal jadi calon Gubernur Jabar.
Karena fitnahan yang begitu dipercaya oleh penguasa, akhirnya Dada dijegal, bahkan bukan untuk dihentikan jadi bakal calon gubernur namun dijadikan taget untuk dihukum dan dimiskinkan.
Semua cerita karut marut hukum, jegal menjegal karir dan kekuasaan, fitnah dan kebohongan yang ditimpakan kepada dirinya menarik sang sutradara untuk menjadikannya sebuah film atau video lengkap, hal ini untuk memberi pemahaman yang utuh kepada publik.
"Memang ceritera saya ini dilirik oleh sang sutradara, kemungkinan kelak akan dijadikan sebuah film tentang dirinya, tentang seorang pria dipenjara karena tuduhan korupsi. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah hanya karena korban kekuasaan dan kepentingan orang-orang yang berkuasa," kata Dada.
Saat itu kata Kang Dada, dirinya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk negaranya, tapi malah menjadi korban kepentingan orang lain.
"Pengalaman saya ini membuat saya sadar dan juga mengerti. Juga saya tahu persis, tidak semua orang yang dipenjara adalah orang jahat. Ada yang dipenjara karena fitnah, kebohongan, atau kelemahan. Ada yang dipenjara karena kekuasaan, kepentingan, atau tekanan," lanjutnya.
Dada pun berharap kepada semua orang, "Hati-hatilah dalam menilai orang lain. Kita harus melihat lebih dalam dan mencari kebenaran sebelum membuat penilaian. Kita harus ingat bahwa setiap orang memiliki cerita dan alasan yang unik, dan kita tidak boleh membuat asumsi atau penilaian yang salah," katanya mengakhiri obrolannya yang panjang lebar dan blak-blakan ini.**
