Sang Nenek Bedas Hajjah Eti, di Usia Senja Masih Menorehkan Prestasi
IBUN.KejakimpolNews.com -Usia boleh tua, tapi semangat tak pernah sirna. Itulah nenek Hj. Eti Sumiati, meski usianya telah 70 tahun, tetap semangat dan sehat jagjag waringkas. Bahkan hingga saat ini, puluhan tahun masih bergelut dengan lahan pertanian kopinya seluas 90 hektare.
Nenek Eti dengan panggilan "Nenek Bedas" ini puluhan tahun menggarap lahan pertanian kopinya di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Puluhan hektare lahan pertaniannya dikelola bersama dengan puluhan anggota Kelompok Tani Kopi Wanoja.
Nenek Bedas ini mengembangkan tanaman kopi setelah pensiun dari ASN (Aparatur Sipil Negara) pada 2010 lalu. Dari keuletannya mengelola kopi, Nenek Bedas ini sudah mendapatkan banyak prestasi dan penghargaan dari pemerintah dan pihak lainnya karena kualitas kopinya mantap.
Kopi Wanoja ini dikenal kopi terbaik di Indonesia. Ini terungkap saat kegiatan peresmian bangunan unit pengolahan hasil kopi kelompok Tani Wanoja dan launching kartu tani serta pembiayaan kredit usaha tani rakyat pola kemitraan bagi petani kopi di Kelompok Tani Kopi Wanoja di Kampung Sangkan Desa Laksana Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, Jumat (11/6/2021).
Peresmian bangunan unit pengolahan hasil kopi kelompok Tani Wanoja itu oleh Bupati Bandung HM. Dadang Supriatna didampingi pengurus Kelompok Tani Kopi Wanoja Hj. Eti Sumiati.
"Nenek Eti ini bisa jadi contoh terutama oleh para kaum milenial. Pasalnya, di usianya yang sudah 70 tahun, masih bisa berkiprah dengan memelihara lahan seluas 90 hektare untuk pertanian kopi. Pengelolaan lahannya bersama anggota kelompok Tani Kopi Wanoja," kata Dadang Supriatna kepada wartawan di Kampung Sangkan.
Bupati Bandung mengatakan, dengan kerja kerasnya, nenek lansia jadi inspirasi bagi kaum milenial untuk berproduktif. "Para pemuda dan kaum milenial jangan malas-malasan dan jangan banyak berdiam diri di rumah. Ayo berproduktif, Nenek Eti bisa ini jadi inspirasi untuk meningkatkan ekonomi dalam pengembangan pertanian," katanya.
Kang DS sapaan Dadang Supriatna ini pun menyatakan, Pemkab Bandung akan terus mensuport dan mendukung para petani di Kabupaten Bandung. "Pemerintah akan hadir di tengah-tengah para petani. Disaat para petani mengalami kerugian, pemerintah akan memberikan subsidi," katanya.
Disinggung tentang ATM Kartu Tani Bedas, Bupati Dadang Supriatna mengungkapkan akan dibicarakan dulu dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A Tisna Umaran dan Kepala Bappeda Kabupaten Bandung Cakra Amiyana untuk membahas regulasinya agar tidak salah.
Kang DS Bandung yang hadir di tengah-tengah para petani, selain mengapresiasi semangat Nenek Eti, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pertanian, Bank Indonesia, Bank BJB, dan pihak lainnya dalam pengembangan pertanian kopi di Ibun.
Di tempat sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A Tisna Umaran menyatakan, pengembangan kopi yang dikelola Kelompok Tani Wanoja itu sebagai konsep pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Ketika program itu digulirkan pemerintah dan masyarakat mendapatkan keuntungan, mereka akan terus mengikuti pertanian kopi.
"Bibit kopi yang ditanam pun harus bersertifikat," katanya. Ia mengatakan, Kabupaten Bandung pun terus mengembangkan perluasan lahan pertanian kopi untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Setelah pemerintah menyediakan bibit kopi, katanya, karena pertanian kopi menguntungkan, sehingga masyarakat juga beli sendiri kopi tersebut.
Sementara itu, Kelompok Tani Kopi Wanoja Hj. Eti Sumiati mengatakan, bahwa pihaknya sudah mengembangkan 96 hektare lahan pertanian padi kopi dengan melibatkan 55 anggota kelompoknya. "Dari tahun ke tahun, Nenek dapat menerima penghargaan dari pengelolaan kopi wanoja," kata Eti Sumiati.
Mulai dari penghargaan kelompok tani terbaik dari Menteri Pertanian, hingga mendapatkan penghargaan dari pemeirntah bahwa kopi wanoja adalah kopi terkonsisten di Indonesia. "Rasa kopi terbaik. Kita selalu ikut lomba dan kopi wanoja selalu mendapatkan nilai tertinggi," akunya.**
Editor: Yayan Sofyan