Mayor (Purn) TNI Suryana

Dari Tentara Jadi Penambak Udang

  • Sabtu, 9 Oktober 2021 | 14:41 WIB
foto

Foto: Bim Bim

Suryana (59) pemilik tambak udang vaname berada ditengah tengah pekerja saat panen parsial.

TASIKMALAYA, KejakimpolNews - Untuk memulai menekuni bisnis tambak udang vaname selain diperlukan modal cukup besar, yaitu delapanratus juta rupiah juga dituntut pengetahuan dalam memelihara air tambak serta penyakit udang vaname.

Seperti diakui  Suryana (59) seorang purnawirarawan TNI AD dengan pangkat terakhir Mayor. Dirinya memulai menekuni tambak udang vaname sejak tiga tahun lalu.

"Awal-awal kegagalan panen menjadi momok para petani tambak," tambahnya. Dikatakan, modal awal yang dikeluarkan untuk membiayai tambak sekitar delapanratus juta rupiah.

"Mulai dari penyediaan lahan, perlengkapan hingga penanaman benur ke tambak," tandas petani tambak udang di Kampung Bubujung, Desa Ciheras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini.

Dijelaskan, untuk biaya operasional benur yang ditebar ke tambak hingga usia panen 120 hari, memerlukan dana duaratus juta rupiah." Itu biaya sehari hari termasuk untuk gaji seorang pekerja," kata pria berpostur tubuh tegap ini.

Awalnya, imbuhnya lagi, dirinya memiliki satu tambak udang vaname dengan ukuruan 1.200 meter persegi. Tambak ini ditanami benur seratus limapuluh ribu ekor.  Benur, jelasnya, adalah anakan udang (bibit udang) yang siap tebar di tambak.

"Benur berkualitas akan menentukan hasil panen yang lebih unggul," imbuhnya lagi. Diakuinya, dalam masa penanaman hingga panen jarak waktu yang ditentukan hingga seratus duapuluh hari.

"Ukuran waktu itu sudah pasti. Namun jika terjadi serangan hama atau mengganggu pada pertumbuhan benur, akan dilakukan pnen parsial," jelasnya.

Hingga saat ini Suryana sudah memiliki tiga tambak udang vaname, dengan ukuran tambak yang berbeda. Dua tambak berukuran 800 meter persegi dan satu tambak berukuran 1200 meter persegi.

"Masing-masing tambak ditanam benur berbeda. Untuk tambak yang ukuran 800 meter persegi ditanam sebanyak delapan puluh ribu benur," jelasnya.

Jika di pertengahan jalan terjadi serangan hama, jelas Suryana, akan dilakukan panen mendadak kendati hasilnya kurang memuasakan.

"Atau untuk menjaga pertumbuhan benur bisa dilakukan hal serupa," jelasnya lagi.

Pada umumnya, tambah Suryana, hama yang kerap menyerang udang vaname adalah hama mio. Gejalanya ekor udang akan terlihat memerah dan jika tidak sigap menanganinya akan berujung kematian mendadak.

Inilah yang harus diwaspadai. Dan jika, tambahnya lagi, bisa tertangani kembali dilanjut hingga masa panen di usia 120 hari. "Itupun untung untungan. Ceuk kasarna mah bermain lotre," cetusnya.**

  Editor: Maman Suparman

Reporter: Budi Ombik:

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Syaiful Huda Siap Nyalon Gubernur Jabar, Tolok Ukurnya Raihan Suara PKB di Jabar Melonjak
Sosok Mang Ihin Di Mata Legenda Persib, Nandar Iskandar dan Jajang Nurjaman
Irjen.Pol. Mathius D. Fakhiri Memilih Islam, Sebuah Perjalanan Panjang Sebelum Jadi Mualaf
Ema Sumarna, dari Sekretaris Lurah hingga Sekretaris Daerah Berakhir di KPK
Innalillahi... Letjen (Purn) Solihin GP Telah Mangkat Tadi Malam