Selain di Jalan Asia Afrika Bandung, "Mak Lampir" dan "Jurig" Ada Juga di Banjaran

Istimewa
Sejumlah orang cosplayer yang berdandan ala hantu, mak lampir dan jurig digiring Timgab Forkopimcam Banjaran saat operasi pekat
BANJARAN, KejakimpolNews.com - Maraknya sejumlah orang cosplayer yang berdandan ala hantu-hantu seram dan Mak Lampir atau "jurig" di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, ternyata di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung juga muncul.
Belum diketahui sejak kapan sejumlah orang cosplayer yang berdandan ala hantu dan jurig eksis di kawasan Kota Banjaran tersebut dan orang mana saja?
Yang pasti, sejumlah orang cosplayer ini digiring, diamanakan, didata dan diberi pengarahan oleh tim gabungan Forkopimcam Banjaran saat digelar operasi penyakit masyarakat (pekat), Rabu (9/4/2025) sore kemarin.
Sejumlah cosplayer tersebut digiring saat eksis di lampu stopan Kamasan Banjaran saat timgab melakukan operasi pekat dipimpin Kanit Pol PP Banjaran,
Ahmad Kusnadi S.E.
Saat operasi pekat yang melibatkan unsur Satpol PP, Polri, TNI dan Linmas ini, selain sasarannya cosplayer, pengamen dan pengemis, juga preman yang kerap mengganggu keamanan dan kenyamanan warga (pengguna jalan) atau ketentraman dan ketertiban umum (trantibun).
"Saat operasi pekat berlangsung ada 5 orang cosplayer digiring dan diamankan. Selanjutnya mereka didata dan diberi pengarahan oleh timbag agar tak beroperasi lagi," kata Dede Hardi, pengurus Kolompok Informasi Masyarakat (KIM) Banjaran kepada KejakimpolNews.com, Kamis (10/4/2025).
Dede yang kebetulan ikut gabung dan memantau saat operasi pekat menuturkan sejumlah orang cosplayer yang digiring tersebut banyak dikeluhkan pengguna jalan yang kerap beroperasi di lampu stopan Kamasan.
"Alhamdulillah saat ini keberadaan sejumlah orang cosplayer yang berdandan ala hantu dan jurig yang kerap beroperasi di lampu stopan Kamasan Banjaran sudah tak ada lagi. Ini rupanya respon cepat unsur Forkopimcam Banjaran terutama Kanit Pol PP," tutup Dede Hardi.
Mengais Rezeki
Seperti diketahui, keberadaan hantu-hantu berwajah seram ini berkeliaran baik di Jalan Asia Afrika Bandung ataupun di Banjaran, Kabupaten Bandung sama menghibur warga sembari mengais.
Seperti di sepanjang trotoar Jalan Asia Afrika Bandung, dekat Gedung Merdeka dan PLN, menjadi tempat para cosplayer mencari cuan atau rezeki di balik kostum.
Mereka berdiri di bawah sinar terik matahari yang menyilaukan hingga diterpa angin malam menjadi hal yang biasa bagi para cosplayer.
Setiap harinya para cosplayer ini menggunakan kostum yang didesain sedemikian rupa. Mereka menampilkan kostum yang mereka buat hingga mendekati bentuk karakter aslinya.
Aksi cosplay ini selalu berhasil menarik perhatian pengunjung. Mereka menemukan jalan hidupnya lewat seni kostum kreatif ini.
Sebelumnya, Pembina Cosplay Bandung Juara, Asrul Yusuf memang tak mendidik para anggotanya untuk hanya mejeng dan meminta belas kasihan. Tetapi tampil dengan karya agar menarik.
Dalam sehari para cosplayer bisa menghasilkan uang sebanyak Rp 200-Rp 500 ribu jika akhir pekan dan hari libur panjang. Tetapi berbeda dengan hari-hari biasa, mereka hanya mampu mengumpulkan uang sekitar Rp 100 ribu.
Selain di sepanjang Jalan Asia-Afrika, komunitas Cosplay Bandung Juara ini sering tampil untuk mengisi acara-acara tertentu, seperti sunatan, ulang tahun, dan acara di pusat perbelanjaan di Kota Bandung.
Untuk sekali acara dengan durasi tampil 2-3 jam, satu karakter bisa disewa dengan biaya Rp 500 ribu saja. Karakter yang biasa tampil adalah karakter jenis robot Transformer dan karakter pahlawan-pahlawan Marvel.
Bangunan gedung bekas Rumah Matahari menjadi basecamp komunitas Cosplay Bandung Juara. Rupanya tak hanya sebagai tempat berkumpul,mereka juga membuat kostum sesuai pesanan di bangunan ini.
Penjualan kostum karakter hasil karya komunitas Cosplay Bandung Juara ini sudah tersebar di Jawa Barat, Medan, dan Lampung, bahkan sampai menarik pembeli dari Singapura pada Februari 2020 lalu.
Untuk satu kostum dibanderol dengan harga Rp 5 juta sampai Rp 7 juta. Pengerjaan sekitar tiga minggu hingga satu bulan. Tergantung dengan tingkat kesulitannya.**
Author: Gaiskha
Editor: Maman Suparman