Saptonan di Kuningan, Tradisi Ketangkasan Berkuda Unik Digelar Sejak Zaman Belanda

foto

Foto: Whyr

Gelar Saptonan di Kuningan, tradisi sejak zaman Belanda.

KUNINGAN, KejakimpolNews.com - Tradisi Saptonan dan Panahan Tradisional kembali digelar dalam rangkaian memeriahkan Hari Jadi Kuningan ke 526 (1 September 1498-2024) di lapangan Sepak bola Desa Ancaran, Sabtu 31 Agustus 2024.

Acara ini dihadiri Pj.Bupati Iip Hidayat beserta istri, Pj.Sekda A Taufik Rohman, anggota Forkopimda, staf ahli bupati, Ketua PHBN Nurdijanto, asisten setda, para kabag dan 32 camat se-Kabupaten Kuningan.

Tradisi Saptonan ini merupakan warisan leluhur dan sudah ada sejak zaman Belanda. Sapton kala itu biasa digelar hari Sabtu dan lahirlah nama Saptonan atau Sapton.

Tradisi ini sebagai media hiburan dan ketangkasan menunggang kuda sambil membawa tongkat sepanjang 1,5 meter untuk mencoblos lubang dibawah ember berisi air.

Peserta Sapton secara bergiliran dari garis start memacu kudanya sejauh 30 meter menuju sasaran untuk mencoblos lubang ember berisi air. Bagi peserta yang berhasil, dinyatakan sebagai pemenangnya.

Prosesi Saptonan ini diringi dengan parade keprajuritan, dengan mengenakan busana tradisional khas Sunda. Atraksi seni dari tiap-tiap kademangan, melakukan seba kademangan ke raja (Bupati). Disusul ketangkasan berkuda, dan panahan tradisional mewarnai acara tradisi ini, diawali doa, dan pembacaan sinopsis Sapton.

Dengan pakaian zaman kerajaannya, tampak 32 camat dengan pakaian khs sunda beserta pasukannya beriringan satu persatu untuk menampilkan atraksi seni, seba dan keunikan lainnya ke bupati atau raja. Dilanjutkan laporan dari pupuhu demang dan langsung di balas oleh bupati atau raja.

Penyerahan seba secara simbolis berupa tombak dan panah kepada Jugul dan peserta panahan oleh bupati (Raja). Dilanjutkan atraksi Saptonan/ketangkasan berkuda.

“Tradisi Saptonan dan Panahan Tradisional menggambarkan Kerajaan Kajene (Kuningan) pada zaman dahulu kala, yang sekarang dikemas dalam atraksi pagelaran budaya yang unik dan punya daya tarik tersendiri bagi penonton.

Konon zaman baheula, Saptonan merupakan acara rutin setiap hari Sabtu setelah kegiatan seba upeti (persembahan hasil bumi) yang dilaksanakan di sekitar Kerajaan Kajene.

Kegiatan ini mempunyai makna demikian mendalam seperti, heroisme, dan patriotisme dalam bela negara, serta kebersamaan antara pemerintah dan rakyatnya. Intinya, Saptonan sebagai refleksi dalam menjalin kehidupan sosial masyarakat, rasa kekeluargaan antara rakyat dan pemerintahnya.

Pj.Bupati Iip Hidayat berharap budaya bernilai sejarah dan tradisi tinggi ini bisa menjadi ciri mandiri atau icon Kabupaten Kuningan yang memiliki kekayaan keindahan alam luar biasa, jelas Iip.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Kuningan, Dr. Elon Carlan menyebutkan, melalui tradisi Saptonan ini diharapkan Kuningan menjadi daerah tujuan wisata sekaligus dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dengan target 3,2 juta pengunjung pada tahun 2024.**

Author: Whyr
Editor: Maman Suparman

Bagikan melalui
Berita Lainnya
West Java Festival 2024, Para Juru Masak Kepala Daerah Adu Resep di Samara
Malaysia, China, dan Korea Selatan Bakal Meriahkan Pawai Kendaraan Hias Hari Jadi Kota Bandung
Bey Machmudin Resmi Buka West Java Festival 2024
5 Ramen Terlezat dan Murah di Bandung, Catat Lokasi dan Harganya
Destinasi Terintegrasi Bandung Timur yang Wajib Anda Kunjungi