Startegi Wartawan Berwawancara Agar Narasumber Mau Bicara

Dedi Asikin
Dedi Asikin
Oleh DEDI ASIKIN
(Wartawan Senior)
PROFESI wartawan masih berada di dua versi yang berbeda di saat mau menggali dan memperdalam dari narasumber kompeten. Saat itu, banyak narasumber yang begitu mudah memberi keterangan ada pula yang tak mau bersedia bucara dengan berbagai dalih dan alasan.
Adalah guru besar wartawan dan jurnalis senior H. Rosihan Anwar, pernah mengajari kami strategi wartawab saat wawancara dengan narasumber. Wawancara itu adalah modal dasar seorang pencari berita seperti wartawan. Ia harus bisa membuat narasumber mau bicara.
Pak atau Bang Haji, begitu biasa Rosihan dipanggil kalangan sesama wartawan senior, mengajarin kami para peserta KLW (Karya Latihan Wartawan) tingkat nasional angkatan ke IX tahun 1976 di Hotel Dirga Niaga Cipayung Bogor.
Katanya, wartawan harus punya strategi wawancara dengan melihat berbagai. Di antaranya aspek psikologies juga harus digunakan.
Wartawan juga harus tahu latar belakang kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dan karir serta hobi seorang narasumber. Kalau narasumber senang memancing, maka percakapan awal sebagai entry point adalah bicaralah soal memancing.
Masih kata Bang Haji, wartawan harus paham peribahasa Jawa "Jer basuki mawa beya". artinya, setiap rencana pekerjaan dan apapun harus diperjuangkan, termaauk strategi tadi misalnya tentang pengetahuan latar belakang kehidupan narasumbver.
Dengan demikian dapat diharapkan sang narsum akan seneng bicara banyak , bahkan di luar materi yang kita tanyakan. Dan bisa jadi sang narsum bisa kesurupan, segala diungkap kaya mobil remnya blong.
Wartawan juga jangan menggurui narsum. Sebaiknya, masih kata Bak Haji kepada wartawan peserta KLW, mulailah dengan pertanyaan, bagaimana pendapat bapak soal ini, itu damn lain sebagainya.
Saat wawancara, wartawan juga jangan menghukum publik. Misalnya dengan mengatakan seorang bapak tiri yang bejat atau tidak bermoral. Bapak itu sudah bejat menggauli anak tiri hingga hamil.
.Sebut saja, seorang bapak diamankan polisi kerena diduga menggauli anak tiri hingga hamil. Biarlah proses hukum nanti yang akan menentukan. Wartawan boleh memberitakan vonis hakim di pengadilan, tanpa membuat kalimat yang bersifat menghukum pelaku atau publik yang istilahnya wartawan itu jika menulis jangan trial by the press.
Jadilah wartawan hebat dengan rumus "Lima at" yakni min(at), semang(at) akal seh(at) dan sepasang kaki yang ku(at)**