Purbaya Raja Keraton Surakarta?

Foto : Istimewa
KGPH Purbaya sebagai Putra Mahkota sejak 2022.
Catatan RIDHAZIA
(Wartawan Senior)
SURAKARTA, Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi meninggal dunia dalam usia 77 tahun pada Minggu, 2 November 2025.
Raja Keraton Surakarta ini direncanakan dimakamkan kompleks pemakaman Dinasti Mataram Islam di Astana Raja-raja Mataram Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu (5/11),
Siapkan pengganti Raja Keraton yang baru, belum dinyatakan resmi. Dalam tradisi Keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, suksesi baru akan dilakukan setelah 40 hari mangkatnya Sinuhun.
Putra Mahkota Purbaya
Dalam tradisi monarki, gelar raja biasanya diperoleh berdasarkan pewarisan kepada putra mahkota yang berasal dari keturunan langsung raja yang meninggal dunia.
Sedangkan Paku Buwono XIII Hangabehi yang memegang takhta sejak tahun 2004 sudah menyiapkan putra bungsunya yaitu KGPH Purbaya sebagai Putra Mahkota sejak 2022.
Purbaya adalah anak dari permaisuri GKR Pakubuwana. Usianya pada saat dinobatkan sebagai putra mahkota baru 21 tahun. Nama lahirnya tercatat sebagai Gusti Raden Mas Suryo Aryo Mustiko. Ia alumni Fakultas Hukum Universitas Diponogoro, Semarang.
Saat pengangkatan sebagai putra mahkota gelarnya berubah menjadi KGPH Purbaya atau KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendro Mataram.
Purbaya ditetapkan sebagai putra mahkota dalam upacara peringatan kenaikan takhta atau Tingalan dalem Jumenengan ke-18 Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono (PB) XIII di Keraton Solo pada 27 Februari 2022.
Raja Kembar
Tahta raja Kesunanan Surakarta sempat tak berjalan mulus di awal sepeninggalan Sri Susuhunan Pakubuwono XII yang berkuasa sejak tahun 1945 hingga 2004.
Pakubuwono XII memiliki keturunan yang berjumlah 35 orang, terlahir dari enam istri. Dua di antaranya yang berkonflik yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Panembahan Agung Tedjowulan dengan KGPH Hangabehi yang sudah dinyatakan sebagai Pakubuwana XIII.
Konflik 'Raja Kembar' berawal dari wafatnya PB XII pada Juni 2004 tanpa menunjuk siapa penerusnya dan tidak mempunyai permaisuri resmi.
Kala itu, konsesus keluarga memutuskan Hangabehi yang diberi gelar Pakubuwono XIII, dan Tedjowulan menyatakan keluar dari keraton. Tapi konflik memanas hingga pada September 2004.
Islah
Konflik Raja Kembar berlangsung hingga pada 2012. Persoalan dualisme kepemimpinan Raja Surakarta antara Hangabehi dan Tedjowulan ditengahi Wali Kota Solo saat itu, Joko Widodo.
Pada momen islah itu, Tedjowulan akhirnya mengakui gelar PB XIII menjadi milik KGPH Hangabehi, sementara Tedjowulan didapuk menjadi mahamenteri dengan gelar KGPH Panembahan Agung.**