Jurnalistik Metafisik

  • Ridhazia
  • Jumat, 17 Oktober 2025 | 17:49 WIB
foto

Ilustrasi

Ilustrasi Jurnalistik Metafisik

Catatan RIDHAZIA
(Wartawan Senior)

SERUAN boikot terhadap Trans7 yang dipicu oleh tayangan program Xpose Uncensored tentang Pondok Pesantren Lirboyo memunculkan diskursus luas di ruang publik.

Bahkan fenomena ini bukan saja dinilai sebagai puncak dari "kekeliruan" jurnalistik. Juga terkait persoalan komunikasi dan kebudayaan di negeri ini yang sedang berubah. Terutama benturan budaya antara nilai tradisional dan nilai-nilai baru terutama perubahan media massa yang terbarukan.

Taruhan Tinggi

Kesejatian jurnalis bukan tanpa kesalahan. Tetapi ketika semua informasi memastikan kebenaran sebelum dipublikasikan.

Dalam etika standar, jurnalis tidak dibenarkan membuat narasi berita yang bernada menghakimi antara lain tindakan menilai, mengkritik, atau mengadili secara negatif tanpa bukti yang cukup

Dengan kata lain, profesi jurnalis dituntut "sempurna" yaitu tepat, dan cermat. Juga presisi dan benar. Apa yang ditulis atau dinarasikan berkesesuaian dengan fakta yang sekecil apapun. Agar bebas dari kesalahan.

Fenomena Metafisik

Apalagi ketika jurnalis harus memahami fenomena metafisik yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahkan diukur secara ilmiah.

Tanpa kecuali ketika meliput bebagai peristiwa yang berada di luar batas pengalaman jurnalis sebagaimana peristiwa dan tradisi keagamaan.

Sebab, ketidaktahuan akan suatu topik atau ketidakmampuan memahami sebuah peristiwa -- karena minimnya informasi -- berpeluang terjadi bias koqnitif.

Bias Kognitif dan Asumsi

"Jangan berasumsi!" Kalimat mengingatkan itu artinya jangan mengambil kesimpulan tanpa bukti.
Tidak membuat kesimpulan yang keliru. Tapi mempertanyakan segala sesuatu dengan pikiran terbuka.

Asumsi adalah anggapan atau keyakinan yang diambil sebagai dasar untuk suatu tindakan atau kesimpulan yang berpotensi bisa kognitif.

Sedangkan bias kognitif sebagai kesalahan sistematis dalam berpikir. Bahkan kesalahan menafsirkan informasi sehingga mengambil keputusan yang tidak rasional.

Bias kognitif yang sering kali muncul dari asumsi karena memengaruhi sang jurnalis memproses informasi bukan karena fakta dan data yang terkonfirmasi dan tervalidasi.

Bias konfirmasi dapat memengaruhi data apa yang dikumpulkan dan ditampilkan, sumber mana yang diwawancarai dan dianggap kredibel, bagaimana bukti dan kutipan ditafsirkan dan dianalisis, aspek berita mana yang ditonjolkan, aspek mana yang dihilangkan.

Keharusan Instrinsik

Belajar memahami, mengenali, dan mengoreksinya—terutama ketika taruhannya resiko tinggi— sebagai keharusan instrinsik yakni dorongan dari dalam diri sendiri, bukan dari luar.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Nabi Adam, Menyesal 70 Tahun dan Bertobat 300 Tahun
TNI: Militer Terkuat!
Startegi Wartawan Berwawancara Agar Narasumber Mau Bicara
Buah Khuldi Tak Sekelas Mangga Gedong Gincu Ala Indramayu
Insiden Merokok di Tanah Banten
Qiu Qiu
Slot777
BandarQQ
PKV Games
DominoQQ
DivaQQ
dewa qiu qiu
DominoQQ
Dewa Qiu Qiu Online
qiu qiu online
https://heylink.me/qiu-qiu-88/
Cuanwin77
BandarQQ
BandarQQ
Qiu Qiu
BandarQQ
Slot Bet 200
Qiu Qiu
Slot777
BandarQQ
PKV Games
DominoQQ
DivaQQ
dewa qiu qiu
DominoQQ
Dewa Qiu Qiu Online
qiu qiu online
https://heylink.me/qiu-qiu-88/
Cuanwin77
BandarQQ
BandarQQ
QiuQiu
QiuQiu
BandarQQ
Slot Bet 200