Anis, Pesona Suara Merdumu

foto

Foto : Istimewa

Burung Anis karena merdu suaramu, banyak orang suka.

Catatan MAMAN SUPARMAN
(Wartawan KejakimpolNews.com)

BURUNG berkicau ini banyak jenisnya, namun karena saya ini awam, yang popular saja yang ingat. Di antaranya murai, cucak hijau, lovebird, kacer, pleci, dan anis.

Konon katanya yang paling banyak digemari adalah jenis Anis, selain pandai berkicau dan suaranya merdu enak didengar juga bikin orang yang mendengarnya mabuk kepayang. Makanya Anis ini sering diperlombakan dengan istilah kontes, kompetisi, dan apalah namanya, intinya diadu dengan burung sejenis.

Ihwal burung Anis, berdasarkan literasi ada 4 jenis yang kini banyak dipelihara masyarakat Indonesia. Selain harganya mahal, juga kalau sudah mendapat gelar juara dalam kontes, harganya bisa melambung tinggi. Bahkan ada yang bernilai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Cerita ini didapat dari teman saya penyayang burung yang juga wartawan Galamedia (dulu) Kang Lili dan Kang Asep Sobandi. Dia penggemar Anis. Kata Kang Asep Sobandi, ada 4 jenis Anis yakni yakni: Anis Kembang, Anis Macan, Anis Cendana dan Anis Merah (Zoothera citrina).

Saya yang awam memang tak pernah tahu Anis jenis mana yang paling baik. Yang saya tahu di telinga saya hanya satu jenis saja yakni Anis, titik. Dan memang seperti yang dipunyai tetangga, Anis ini warna bulu sebagian besar adalah merah kecoklatan dan sebagian hitam pekat mengkilap dengan warna jingga di kepalanya.

Jika sudah berkicau, duhhh… merdu, tembakan kata demi kata dan kalimatnya runtut dan bisa berubah dari cerewet, lalu nyeroscos dan melengking sambil membuka menggeleparkan kedua sayapnya hingga kelihatan gagah.

Suaranya merdu tidak meledak seperti gagak, juga tidak berkoar seperti burung hantu. Suara Anis mah benar-benar menghanyutkan. Tetangga yang empunya burung kerap memujinya sebagai Anis bertalenta.

Sayang jika mau kontes burung, Anis tetangga ini tak punya sangkar yang bagus yang banyak disukai orang, sebab katanya sangkar adalah juga akan membawa daya tarik orang. Anis tetangga ini memang tak punya sangkar bagus sebab tadinya juga dia mah burung petualang yang biasa bebas berkeliaran di habitatnya.

Namun karena syarat kontes harus memiliki kandang yang bagus maka tetangga saya ini terpaksa meminjam sangkar milik temannya.

Bukan sangkar sembarang sangkar, tetapi sangkar antik yang telah cukup popular. Dan dengan sangkar itu ia berhasil menjadi jawara lokal. Dan namanya kian berkibar. Setelah Anis ini jadi jawara lokal, diapun dianggap layak maju kompetisi diadu ke tingkat nasional.

Anis yang jawara lokal ini mau meningkatkan kasta atau promosi kalau istilah sepak bola mah dari Liga 2 ke liga 1 atau dari lokal ke tingkat nasional. Sangkarnya memang hanya satu, tetapi pendukungnya ada tiga sponsor pembuat sangkar.

Tetapi sayang diadu di level nasional mah Anis milik tetangga ini  teh kalah, dan yang punya sangkar pun ikut limbung. Dan akhirnya, Anis yang masih haus kompetisi ini kembali turun atau degradasi ke tingkat lokal. Iapun disiapkan beradu lagi dengan kompetitor di tingkat lokal.

Melihat potensi yang ada pada Anis, tadinya ada tiga pemilik sangkar yang mau mendukung. Namun di pengujung mendadak tiga pengusung ini mengambil sangkarnya. Ketiganya hengkang dan menjadi pendukung sangkar yang lain yang konon dihuni banyak pemilik sangkar lainnya. Dan jadilah "kesebelasan" karena memang pendukung sono belasan pemilik sangkar.

Bisa jadi mereka memilih bergabung dengan sangkar yang lain karena ada jaminan, kalah di lokal pun pimpinan pendukungnya masih dapat tempat yang empuk, sebagai balas jasa kesetiaan berkawan walau cara instan, begitulah!

Anis si suara merdu ini ditinggalkan, ia pasti kecewa walaupun masih tertawa karena ditinggal sahabat lama. Manusiawi kecewa, seperti halnya Ali bin Abi Thalib, sahabat Rasulullah ini pernah berkata, ”Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ia berharap pada manusia”. Itu pula dirasakan Anis walaupun ia hanya seekor burung.

Namun di pengujung dan jelang hari H kontes, di tengah tawa ceria kesebelasan pendukung pihak sana, mendadak ada kabar dari sang “Sang Juri” katanya peserta kontes tak perlu banyak sangkar, satu sangkarpun asal banyak dukungan penggemar bisa saja.

Dan kebetulan sekali ketika jenis Anis seperti Anis Cendana, Anis Macan dan Anis Kembang sedang berbunga-bunga, maka Anis yang bersuara merdu yang banyak disukai penggemarnya bisa ikut kontes walau dengan satu sangkar dia mulai menemukan jalan.

Hanya yang jadi masalah, apakah Anis Cendana, Anis Kembang dan Anis Macan bisa berubah menjadi Anis Merah? Sebab biasanya dalam dunia perhewanan termasuk perburungan konon jenis-jenis ini sulit dipersatukan, kecuali di dunia perpolitikan, apapun bisa diotak atik, undang-undang bisa direkayasa, putusan mahkamah bisa diabaikan. Itulah yang membedakan burung dan manusia sama halnya dengan Anis nama burung dan Anies nama manusia.

Kita tunggu saja dari dunia kontes burung berkicau, apakah Anis yang pernah menjadi jawara lokal ini ini akan menjadi Anis Merah lalu mengalahkan "kesebelasan" lawan?**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Konflik Lestari Ojol Vs Opang
Inilah Dinamika Politik? Dan Golkarpun Berbalik Arah
Partai Anies
Kotak Kosong Anomali Politik
Waham Megalomania