Waham Megalomania

  • Ridhazia
  • Senin, 9 September 2024 | 17:02 WIB
foto

Ridhazia

Ridhazia

Catatan RIDHAZIA
(Wartawan Senior)

MEDIA sosial (medsos) yang kian canggih telah menyumbang secara signifikan jumlah orang yang terindikasi megalomania.

Semisal pamer kecantikan dan kegantengan, atau mempertontonkan kekayaan seperti rumah dan kendaraan mewah atau menyewa jet pribadi yang sewanya sangat fantastis.

Sejumlah penelitian membuktikan gangguan relasi sosial ini berkembang sangat cepat dan dramatis. Bahkan dengan cara yang tidak terprediksi sebelumnya.

Gangguan kepribadian ini malah sudah menjadi epidemiologi narsistik karena kasusnya terus meningkat secara signifikan (Kaplan dan Saddock, 1996).

Megalomania

Dalam terminologi Freudian ketika seseorang terobsesi akan dirinya sendiri disebut megalomania. Yakni perasan kebesaran yang dianggapnya unik yang harus diketahui publik.

Tapi semua itu hanya sebatas waham yang diserupakan delusi sebagaimana waham erotomania yang mempercayai bahwa ia menjadi seseorang yang paling disukai.

Penderita waham ini jika masih dialami ketika menua bahkan yang sudah kronis maka akan sangat sukar diobati. Alih-alih sembuh malah kambuh dan menjadi perilaku patologis. Antara lain perilaku menyebalkan.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Garuda Biru
Kerbau Bukan Banteng
Hasrat Membenci
Kotak Kosong Anomali Politik
Pak Polisi Mengapa Harus Refresif?