Pilkada Beda-Beda Kayak Embe dan Kuda

foto

Ilustrasi

Ilustrasi, Pilkada lawan kotak kosong.

Oleh DEDI ASIKIN
(Wartawan Senior)

PADAHAL secara geografis jarak antara Tasikmalaya - Ciamis itu hanya berjarak 17 km. Dengan kendaraan bermotor dalam waktu normal, 30 menit bisa dijangkau. Kecuali ngebut, mungkin 20 menit juga nyampe. Tapi jangan marah jika malakal maut menjemput.

Tapi dalam konstruksi politik wilayah Sukapura dan Galuh jauh berbeda, ibarat embe dan kuda. Tapi jangan kaget, politik itu dinamis. Orang satu rumah bisa beda pendapat. Juga beda pendapatan.

Dalam hal jumlah orang yang ingin jadi pemimpin di kota Tasikmalaya berjibun. Ada 5 pasang. Di Jawab Barat, mungkin paslon Wali Kota/Wakil Wali Kota Tasikmalaya adalah paling banyak. Di tingkat nasional juga termasuk jarang.

Bagaimana dengan tetangga sebelah? Eh... di Ciamis mah susah dicari. Nyari untuk jadi "nu dibendo" memimpin Ciamis ini sulitnya alang kepalang. KPUD Kabupaten Ciamis sampai memperpanjang masa pendaftaran hingga tanggal 4 September. Tapi yang nongol tetap 1 paslon.

Herdiat Sunarya (petahana) dan Yana D Putra. Hanya itu paslon semata wayang. Apa boleh buat, Herdiat-Yana terpaksa lawan kotak kosong.

Kalau menang tentu tidak masalah,  tinggal tunggu pelantikan doang.
Tapi kalau keok, alamak, kumaha eta? Wiwirang di kolong catang, pasti adanya. Masa keok sama dedemit? Padahal dia (Herdiat -Yana), didukung 18 partai secara buntel kadut. Mulai partai yang punya kursi sampai partai jojodog dan Bank Emok yang duduk aneprok.

Selain itu persoalan jadi repot. Tak bisa identik dengan ucapan Gus Dur, gitu aja repot. Ini mah benar bener repot Gus.

Memang dalam pasal 54D UU Pilkada (10/2016) ada solusi yaitu ditunjuk pejabat sampai pilkada berikutnya. Tapi pilkada berikutnya baru ada tahun 2029.

Itu artinya pejabat 5 tahun. Masa pejabat seumur kepala daerah difinitif. Itu namanya enak Eon tak enak di Emen.

Yang menjabat nikmat, ujug-ujug terima SK.Yang rugi pastilah rakyat, kehilangan daulat. Dan demokrasi terasa dikebiri.
Bagaimana ini republik, kok jadi begini pelik?.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Kotak Kosong Anomali Politik
Pak Polisi Mengapa Harus Refresif?
Inilah Dinamika Politik? Dan Golkarpun Berbalik Arah
Anis, Pesona Suara Merdumu
Partai Anies