Merenungi Pepatah Jawa, Sing Becik Ketitik Wong Olo Ketoro

foto

Dedi Asikin

Dedi Asikin

Oleh DEDI ASIKIN
(Wartawan Senior)

SING becik ketitik wong olo ketoro, ini peribahasa Jawa yang sangat populer. Singkatnya, becik ketitik olo ketoro,  srti bebasnya, perbuatan baik akan kelihatan dan perbuatan buruk juga akan ketahuan. Seperti by design (direncanakan) padahal sesungguhnya kejadiannya begitu saja adanya.

Kemarin beberapa tokoh aktivis presidium pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten Tasikmalaya Selatan datang ke rumah. Ada sekitar lima orang. Kami berbincang tentang pengalaman berhadapan dengan pemerintah atau penguasa daerah yakni Bupati Tasikmalaya.

Antara tahun 1996-2001 ketika itu Bupati Tasikmalaya dijabat oleh Sulyana Wirata Subrata Hadi Sukyana WH. Masa itu berkembang wacana pemindahan ibu kota kabupaten dari kota Tasikmalaya ke wilayah Kecamatan Karangnunggal  atau Bantarkalong.

Wacana itu sudah hampir resmi dan sudah mendapat persetujuan dari DPRD. Selanjutnya Bupati Sulyana sudah membentuk tim pengkaji untuk melakukan feasibility study. Tim yang terdiri dari Badan Perencanaan Daerah bekerja sama dengan konsultan CV Sae Citra Endah.

Pengkajian itu meliputi berbagai aspek tentang topografi hidrologi kemiringan, ketinggian dan jaringan jalan. Dan itu tertuang dalam buku tentang renacana teknik tata ruang. Disebutkan, ada 8 desa di dua kecamatan itu yang akan menjadi lokasi ibu kota

1. Desa Simpang Kecamatan Bantarkalong.
2. Desa Hegarwangi Kecamatan Bantarkalong.
3. Desa Cikukulu Kecamatan Karangnunggal.
4. Desa Saemanggu Kecamatan Karangnunggal.
5. Desa Karangmekar Kecamatan Karangnunggal.
6. Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal
7. Desa Cikupa Kecamatan Karangnunggal dan
8. Desa Ciawi Kecamatan Karang nunggal.

Luas lahan areal calon ibu kota itu mencapai 1.745,66 hektare didominaai oleh tegalan dan rumpun minus tanaman produktif. Tapi di balik itu ada cerita tentang cara licik yang dilsukan, konon secara diam-diam Pemerintah Daerah cq Badan Pendapatan Daerah yaitu mengubah sistem pajak dua kecamatan itu dari pajak perdesaan menjadi perkotaan. Berlaku di dua kecamatan itu dari perdesaan menjadi perkotaan .

Terjadi kenaikan nominal pajak yang cukup tinggi mencapai 300 persen atau tiga kali lipat. Masyarakat tidak ribut dan protes. Mereka lebih berpikir keputusan jadi ibu kota itu yang lebih penting. Bsnyak hal positif dan keuntungan yang akan diperoleh setelah resmi dua kecamatan itu menjadi lokasi ibu kota kabupaten.

Mereka baru marah ketika bupati yang baru pengganti Sulyana yang berhenti tahun 200i diganti oleh Tatang Farhanul Hakim (TFH). Tiba-tiba Tatang membatalkan rencana itu. Salah satu bentuk kemarahan masyarakat selatan adalah melakukan unjuk rasa penolakan rencana TFH memindahkan ibu kota ke Kecamatan Singaparna.

Sebagai orang Selatan, dan sebagai sesama "budah laut" saya tentu ikut dalam perencanaan dan pelaksanaan demo itu. Demo berlangsuni di akhir tahun 2003.  Ketika itu ratusan sepeda motor dan puluhan truk bergerak dari selatan membawa ribuan pendemo memprotes keinginan TFH, namun TFH sendirian ngiles tidak tahu kemana.

Satu-satunya pejabat yang ada dan menemui para pendemo hanya Wakil Bupati,  Dede Uron. Padahal beliau sedang sakit dan baru menjalani operasi. Risikonya, Dede Uron jatuh pingsan di kantor DPRD. Beberapa bulan kemudian beliau wafat.

Kemarahan lain sempat terjadi. Saat itu masyarakat dari Tasikmalaya Selatan mencegat rombongan bupati TFH masuk kota Simpang, pusat perdagangan terbesar di Tasikmalaya Selatan.

Waktu itu rombongan bupati datang lewat Patungponteng Taraju. Pas sampai di Simpang Urni jalan menuju Simpang rombongan diadang masyarakat tidak boleh masuk ke kota Simpang. Karena jalan damai tidak tercapai, rombongan bupati terpaksa putar arah, pulang ke kota Tasikmalaya.

Sekarang rakyat sudah memaafkan kejadian itu meski sulit melupakannya. Sekarang ini satu harapan mereka adalah mempercepat pengesahan Kabupaten Tasikmalaya Selatan (Tasela).
Hentikan cara membodohi dan membohongi rakyat.

Ada masanya rakyat bangkit menuntut kedaulatannya. Ingat-ingat Bung Karno ingat ingat Napoleon Bonaparte. Mereka jatuh ketika sudah tidak didukung oleh rakyat.

Renung kembali babasan Jawa itu "Sing becik ketitik wong olo ketoro". Kebaikan akan kelihatan dan keburukan akan ketahuan. Yang bau itu diumpetin serapat apapun tetap akan tercium aromanya.**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Negara Tekor
Insiden Merokok di Tanah Banten
Dari KLB ke KLB Pula, Erick Thohir Harus Mundur!
TNI: Militer Terkuat!
Pariwisata Itu Harus Menjadi Akibat
Qiu Qiu
Slot777
BandarQQ
PKV Games
DominoQQ
DivaQQ
dewa qiu qiu
DominoQQ
Dewa Qiu Qiu Online
qiu qiu online
https://heylink.me/qiu-qiu-88/
Cuanwin77
BandarQQ
BandarQQ
Qiu Qiu
BandarQQ
Slot Bet 200
Qiu Qiu
Slot777
BandarQQ
PKV Games
DominoQQ
DivaQQ
dewa qiu qiu
DominoQQ
Dewa Qiu Qiu Online
qiu qiu online
https://heylink.me/qiu-qiu-88/
Cuanwin77
BandarQQ
BandarQQ
QiuQiu
QiuQiu
BandarQQ
Slot Bet 200