KA Cepat Whoosh, Dalami Dulu Kasusnya Sebelum Bayar Utangnya

Foto : Istimewa
KA Whoosh meninggalkan utang/
Oleh DEDI ASIKIN
(Wartawan Senior)
UTANG kepada Chinas Development Bank Harus segera dibayar. Itulah risiko penguasa selama ini. Ngomongnya tak akan menggunakan dana APBN kerena akan didukung korporasi dan penyertaan modal dari negara tirai bambu.
Begitulah yang terjadi kalau pencitraan didahulukan perhitungan di belakang, bagaimana nanti, kumaha engke, bukan engke kumaha.
Katanya Kereta Cepat Whoosh ini diprediksi akan membawa penumpang 30 sampai 40 ribu sehari. Kenyataan hanya 15 sampai 17 ribu saja sehari. Katanya juga, break even point hanya 5 tahun, tapi pengamat memperkirakan Whoosh baru akan lunas setelah 30 sampai 40 tahun.
Memang presiden Prabowo setuju itu utang dilunasi. Kalau tidak katanya, jangn harap bisa menyeberang di jembatan "siratal mustaqim" jembatan yang membentang di atas neraka jahanam yang panasnya bukan alang kepalang
Paling tidak, menteri keuangan Purbaya Yudhi Sadewa harus putar otak secara rasional dan tepat hitungan, dari mana uang Rp120 triliun didapat untuk bayar itang Whoosh? Padahal musuh cukup banyak. Ada Luhut Binsar Penjahitan yang sudah pamer muka dan juga "Geng Solo".
Padahal Purbaya yang bukan pangeran putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, juga bukan Putra Mahkota Keraton Solo sudah berjanji tak akan menaikan pajak karena khawatir takut rakyat bergerak waw atau publoik mendadak nekat, mana tahu awak.
Itu bukti lain dari pencitraan Presiden Joko Widodo. Pastilah jidat Purbaya akan makin mengkerut, meski Pangeran Engkos dari Presidium Tasela akan mebdukungnya, pada akhirnya rakyat juga yang harus mencari obat sakit kepala semacam paracetamol atau nasspro.
Mas Joko... Mas Joko, dagang bakso di Gorontalo.
Itulah akibat pola pikir kumaha engke bukan engke kumaha. Beberapa pengamat ekonomi meminta, sebelum membayar itu utang, usut dulu proyek Whoosh jangan jangan ada korupsi situ. Sekarang saatnya macan Asia menerkam,bukan hanya mengaum.**
