Percuma Menulis

foto

Dedi Asikin

Dedi Asikin

Oleh DEDI ASIKIN
(Wartawan Senior)

DALAM tiga tahun saya telah menulis sekitar 500 judul. Ada berbagai aspek, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Ada juga sedikit masalah agama, tanpa niat merebut porsi mama ulama mana berani.

Dulu pernah terbesit di kepala yang sudah full putih (white domination hair), akan dipilah dan dipilih yang berkualitas sesuai masalah yang sedang tuning, yang sedang jadi bahan perbincangan banyak orang.

Tapi belakangan niat itu surut kembali. Yen tak pikir-pikir siapa yang mau beli. Kebiasaan dan minat baca (habit and reading interest) bangsa Indonesia ini rendah sekali.

Organisasi sayap PBB Unesco (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization) merilis hasil surveinya tahun 2023.

Dirjen UNESCO Udrey Azzoulay menyempatkan sendiri rillis itu Kata perempuan muda dan cantik (alamak) dan baru terpilih kembali sebagai dirjen badan dunia itu, Indek Minat Baca bangsa Indonesia rendah sekali.

Dari 80 negara, Indonesia berada di peringkat 70 dari bawah. Atau 60 dari 61. IMBnya hanya 0,001<persen. Artinya hanya satu dari seribu orang yang masih suka baca.

Bermain logika saja jika buku saya yang secara imajiner akan diberi judul "Menunggu Maut Menjemput"  di cetak seribu eksemplar buku, maka yang dibeli orang hanya satu buku saja. Rugi bandar dong. Makanya buat apa mencetak buku.

Prasa urutannya, buat apa pula menulis. Jujur saya juga sempat berniat berhenti menulis. Tapi seorang teman, wartawan senior yang kini jadi editor sebuah media online, meminta saya mengurungkan niat itu

Kalau berhenti total gak usahlah kang. Kurangi saja prequensihnya Kalau mau dan bisa saja baru menulis.

Seperti saya saja. Dulu, sehari saya bisa mengedit 50 berita. Sekarang mah paling 10 sampai 15 saja. Sanser  (serius santai) saja kang. Tulisan akang itu bagus dan enak di baca. Pembacanya juga lumayan banyak.

Saya pikir dia tidak sedang merajuk atau sokong jongklok. Lalu saya ingat Prof. Dr. H. Krisna Harahap,S.H., M.H.,  beberapa waktu lalu. Dalam sebuah rapat redaksi koran Mandala, manten hakim agung (17 tahun) itu mengaku pembaca setia tulisan saya. Seraya beliau berharap saya menulis terus Terasa seperti moto MajalahTempo, "Enak Dibaca dan Perlu".

Ucapan bos koran Mandala online itu sungguh melecut semangat saya, sampai akhirnya mencapai sekitar 500 judul dalam 3 tahun.

Tapi buat apa dicetak kalau harus rugi bandar?.

Quo vadis reading habit and interest bangsa tebesar ke-tiga dunia ini?
Piye Mas Bowo?!**

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Purbaya Sing Senes
Soeharto Pahlawan!?
Republik Desa Kini Tak Lagi Berdaulat
Bandung Darurat Puting Beliung
KA Cepat Whoosh, Dalami Dulu Kasusnya Sebelum Bayar Utangnya
Qiu Qiu
Slot777
BandarQQ
PKV Games
DominoQQ
DivaQQ
dewa qiu qiu
DominoQQ
Dewa Qiu Qiu Online
qiu qiu online
https://heylink.me/qiu-qiu-88/
Cuanwin77
BandarQQ
BandarQQ
Qiu Qiu
BandarQQ
Slot Bet 200
Qiu Qiu
Slot777
BandarQQ
PKV Games
DominoQQ
DivaQQ
dewa qiu qiu
DominoQQ
Dewa Qiu Qiu Online
qiu qiu online
https://heylink.me/qiu-qiu-88/
Cuanwin77
BandarQQ
BandarQQ
QiuQiu
QiuQiu
BandarQQ
Slot Bet 200