Gus Dur Pahlawan Pluralisme

Foto : Istimewa
Abdurrachman Wahid (Gus Dur)
Catatan RIDHAZIA
(Wartawan Senior)
GUS Dur atau Abdurrachman Wahid juga menjadi pahlawan. Ia dipilih sebagai representasi tokoh politik yang konsisten memperjuangkan gerakan pluralisme politik di Tanah Air.
Pluralisme ala Gus Dur adalah paham yang menghargai pluralitas yakni keberagaman sebagai sunatullah. Setiap individu bebas menjalankan keyakinan agamanya tanpa diskriminasi.
Dan, kata Presiden RI ke-4, di atas segalanya negara harus hadir untuk melindungi hak-hak semua warga negara, termasuk untuk minoritas kelompok keagamaan.
Salah satu gagasannya ketika pencabutan Inpres No. 14 Tahun 1967 sekaligus penetapan Imlek sebagai hari libur nasional dan pengakuan agama Konghucu.
Inklusif
Gus Dur mendorong sikap inklusif. Tidak membatasi pergaulan dengan siapapun, menerima keberadaan umat beragama lain. Tapi tetap meyakini kebenaran agama sendiri.
Mantan Ketua PBNU itu menegaskan bahwa pluralisme bukan berarti menyamakan semua agama. Melainkan menghargai bahwa setiap agama memiliki kebenaran dan keyakinannya sendiri.
Pendek kata, pluralisme dalam bingkai pemikiran Gusdur yaitu "menghargai perbedaan tanpa menyamakan."
Akar Pluralisme
Akar pluralisme tumbuh di benua Eropa pada masa Pencerahan abad ke-18. Idenya dibangun sebagai reaksi terhadap konflik agama.
Era pencerahan ini sekaligus menjadi titik awal tumbuhnya gerakan modern di Eropa yang mengedepankan akal dan kebebasan dari dogma agama.
Pemikiran ini membuka jalan bagi gagasan pluralisme untuk diterima dalam wacana filsafat dan teologi.**
